Kamis, 28 Januari 2016

Perkara Mengirim Senja


Judul: Perkara Mengirim Senja
Penulis
Penerbit: Serambi
Cetakan: Pertama
Jumlah Halaman: 200 halaman
Tahun Terbit: 2012
ISBN: 9790245020
Genre: Fiksi, Kumpulan Cerita, Romance, Sastra
Format: Ebook on Scoop


Senja begini tak boleh dinikmati sendirian. Menatapnya seorang diri akan membuatmu depresi. Seperti ada jaring sepi yang dilempar dari langit dan merungkupimu dalam perangkapnya
-Perkara Mengirim Senja-


Seringkali terdengar Senja itu dikaitkan dengan Seno Gumira Adjidarma (SGA). Hal ini ternyata bermula dari sebuah cerita pendek yang ditulis oleh SGA, Sepotong Senja untuk Pacarku.Tersebutlah seorang kekasih yang teramat mencintai Alina (konon si kekasih ini adalah Sukab). Ia mengirim sebuah surat yang di dalamnya terdapat potongan senja bersama deburan ombak. Senja itu dikerat pada empat sisi dan dimasukkan ke dalam sebuah amplop. SGA juga sempat membawa pembaca mengikuti petualangan pengejaran si kekasih yang dikejar polisi karena memotong senja juga menemukan senja yang lain. Beranjak dari cerpen tersebut, empat belas orang penulis menuliskan kisah Senja, kekasih, cinta, dan "kata" mereka sendiri. Seperti kisah dari Gadis Kembang karya Valiant Budi.
Si Gadis Kembang diceritakan memiliki tato kembang yang amat terkenal. Pun ada tokoh Taya yang menjadi sorotan karena menjadi sosok wanita yang dikasihani. Taya dikisahkan memiliki suami yang menurut desas-desus telah berselingkuh dengan si Gadis Kembang. Orang-orang di sekitar berspekulasi bahwa si suami telah main mata dan menelantarkan Taya. Alhasil sosok Taya dicap sebagai perempuan korban si suami. Namun tak semua orang tahu dibalik cinta, ada muslihat yang diperjuangkan untuk mendapatkan cinta itu sendiri. Beberapa kali aku membaca karya Valiant Budi selalu ada sisi humor yang diselipkan penulis dan twist di akhir cerita. 
Kenikmatan kadang menghilangkan kewaspadaan. Kebahagiannya terpaksa sirna kala kakinya tersandung batu kerikil hingga dia jatuh tersungkur. Enam buah telur berhamburan hingga pecah, berhamburan bersama beberapa buncis.
... Dia segera menolong Taya yang kini pasrah tiarap di atas tanah yang penuh dengan kotoran ayam.
Vabyo selalu menyempilkan adegan yang lucu di tengah kisah yang serius. Kadang seolah mengada-ada aka lebay, tapi memang sengaja dibuat seperti itu untuk membawa pembaca pada plot kisah yang tak disangka. Tapi, pada akhirnya perlu diketahui bahwa "Dunia Senja" milik para penulis di buku. Entah bagaimana pun cerita yang mereka suguhkan, tetap ada kesan senja yang terkadang manipulatif. 


Berbicara manipulatif, ada juga kisah perempuan yang mengakui sendiri kemanipulatifan dirinya dengan memiliki pemikiran bebas. Ia menganut paham bahwa untuk menikah kau harus mencoba. Maka, si perempuan seperti mengadakan fit and proper test untuk kedua laki-laki ini. Apa hubungannya dengan senja? Ternyata si perempuan adalah peneliti senja.
Sebagai perempuan, saya manipulatif.
Saya mendambakan petualangan dalam hidup saya. Bisa dibilang, saya memang tidak terlalu peduli dengan sesuatu yang normatif.
Kisah ini dituturkan oleh Theoresia Rumthe. Sebenarnya, terkadang akan sulit menafsirkan sebuah cerita kecuali penulis itu sendiri yang paham layaknya sebuah puisi atau sajak. Pembaca hanya dapat menerka-nerka juga merasakan kisah. Namun, apa yang aku tangkap di kisah ini seolah penulis menggambarkan kemungkinan sosok ketiga dari kisah Sukab dan Alina. Ia seorang peneliti senja yang pada akhirnya menyadari bahwa senja itu telah terpotong akibat keegoisan Alina yang hanya ingin memiliki sepotong senja untuknya sendiri dari Sukab. Selain itu, kisah ini mengangkat pemikiran perempuan modern yang menganut paham tak terkekang normatif dan kata (baca: gunjingan). 
Kisah Satu Sepatu, Dua Kecoak juga mengangkat tema normatif yang membelenggu beberapa orang dan membunuh kebahagiaan orang lain. Sebut saja tokoh Arnold yang harus menikahi Tante Asih demi menjaga status Reta sebagai anak adopsi. Adakalanya demi menjaga pandangan masyarakat terhadap sebuah keluarga, anggota keluarga lain akan memaksa anggota keluarganya yang dianggap kurang normatif untuk berlaku lazim. Namun, pada akhirnya beberapa hal akan mengorbankan kebahagiaan orang yang dianggap akan tertolong dengan penyesuaian normatif ini.
"Sebetulnya keluarga kita dari dulu juga udah tau, kok, Al, tapi mereka pura-pura nggak tau. Mereka maksain kebenaran umum berlaku juga untuk Oom Arnold, padahal Oom Arnold harus diukur dengan ukuran kebenaran yang lain."
Menurut SGA, di dunia ini penuh dengan kata yang tak bermakna atau orang-orang yang terus berkata tanpa tahu ada yang mendengar atau tidak. Kisah Satu Sepatu, Dua Kecoak juga sampai akhir tak mampu mengungkap makna "kata" apa yang sebenarnya dari sebuah sepatu dan kecoak. Seolah mengajak pembaca, "mari kita pahami kisah Reta dan cukup dengan tak menambah kata yang tak bermakna kita pahami makna kata hanya melalui penderitaan Reta!"
Membaca kumpulan Senja ini agaknya membutuhkan pendalaman yang cukup. Aku sampai harus mengulang membaca kalimat yang sama berkali-kali. Bahkan dibuat frustasi dengan tak menemukan makna dari kisah tersebut. Bukan frustasi karena karya tersebut tak bermakna, justru karya-karya senja ini indah. Hanya kadang memang butuh membaca beberapa kali untuk paham, tapi untuk menikmatinya aku bisa menikmati buku dengan jalinan kata yang sendu dan menyenangkan yang telah dirangkai para penulis.
Ada 16 kisah dari 14 penulis. Gadis Kembang (Valiant Budi), Perkara Mengirim Senja (Jia Effendie), Selepas Membaca Sebuah Pertanyaan untuk Cinta, Alina Menulis Dua Cerita Pendek Sambil Membayangkan Lelaki Bajingan yang Baru Meninggalkannya (M. Aan Mansyur), Kuman (Lala Bohang), Ulang (Putra Perdana), Akulah Pendukungmu (Sundea), Empat Manusia (Faizal Reza), Saputangan Merah (Utami Diah K.), Senja Dalam Pertemuan Hujan (Mudin Em), Kirana Ketinggalan Kereta (Maradilla Syachridat), Gadis Tidak Bernama (Theoresia Rumthe), Guru Omong Kosong (Arnellis), Surat ke-93 (Feby Indirani), Bahasa Sunyi (Rita Achdris), dan Satu Sepatu, Dua Kecoak...(Sundea). 
Tentu karena buku ini merupakan suatu penghormatan pada sosok SGA yang dikemukakan editor di halaman pengantar sebagai salah satu sastrawan Indonesia yang diakui dunia, maka buku ini mengangkat tema atau terinspirasi dari karya-karya SGA. Bukan hanya Senja-nya, tapi juga ada beberapa kisah karya SGA yang lain seperti Kitab Omong Kosong yang tertuang dalam kisah Guru Omong Kosong. Namun kata Senja yang dihitung editor disebutkan sebanyak 169 kali dalam buku ini juga kata Cinta yang teruntai sebanyak 105, maka tak heran buku ini dinamai dengan tema Senja-nya SGA.
Penuturan para penulis ditulius dengan apik dan membawa rasa penasaran terhadapku. Sehingga tak tega rasanya jika tak menghabiskan buku ini dalam sekali kejap. Terima kasih untuk Senja itu, Sukab!

Keep reading for rest of your life :)
Rating 3.5/5

2 komentar:

  1. SGA banyak yang suka ya, aku jadi penasaran pengin baca bukunya, belum satu pun yang dibaca. Hiks. *kudet banget*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sering mendengar SGA tapi belum pernah baca buku kumpulan cerpennya yang dibukukan. Biasanya hanya ceroennya yang terpisah saja. Yuk baca bareng SGA ^^

      Hapus