Sabtu, 04 Januari 2014

Holland #STPC


Judul: Holland One Fine Day in Leiden
Penulis: Feba Sukmana
Penerbit: Bukune
Jumlah Halaman: 300 halaman.
Tahun Terbit: 2013


Cinta? Tidak. Terlalu cepat untuk membicarakan cinta. Lagi pula, aku tidak di sini untuk jatuh cinta.
-Kara-

Berjanjilah kepadaku, apapun yang kamu putuskan nanti. Lakukanlah untuk dirimu sendiri.
-Rein-


Holland One Fine Day in Leiden menceritakan tentang Kara Sastrowidjojo, seorang gadis yang berasal dari Indonesia dan berkuliah di Universitas Leiden, Belanda.
Leiden yang terkenal sebagai studentenstad -kota pelajar- memiliki pemandangan kota yang indah menyambut kedatangan Kara di musim panas kala itu. Terkadang Kara menyangsikan alasan dibalik keputusannya untuk kuliah di luar. Ia merasa bukan semata-mata untuk menuntut ilmu tapi juga untuk mencari penghuni ruang kosong di dalam hatinya atau justru berlari dari luka lama yang telah ditorehkan ruang kosong itu. 

Mencari atau justru berlari?
Kara pikir hidupnya akan baik-baik saja di Leiden, gelisah yang selama ini merayapinya mungkin akan hilang selama ia di sana. Namun nyatanya gelisah itu kembali saat Yangkung Kara di Yogyakarta mengirimkan kotak kayu yang berisi mimpi buruk bagi Kara. Ia tak berani membuka kotak kayu takut luka yang diciptakan ruang kosong itu semakin berdarah. Dalam situasi tersebut sosok lain muncul, si pangeran hujan bermata pirus, Rein, yang membuat hati Kara tertarik. Kara belum sanggup untuk menambah luka yang mungkin ditimbulkan dari rasa ketertarikannya. Lagipula ia tak datang untuk jatuh cinta. Namun hati berkata lain.
Cinta? Tidak. Terlalu cepat untuk membicarakan cinta. Lagi pula, aku tidak di sini untuk jatuh cinta.


Membaca novel ini mengajak pembaca untuk melihat keindahan Belanda sekaligus diajak memahami beberapa budaya yang berkembang di sana. Saya diajak penulis menyusuri Haarlemmerstraat menuju Burgsteeg untuk masuk ke kompleks de Burcht. De Burcht van Leiden merupakan kastil tua yang indah. Di sini juga Kara pertama kali bertemu pengeran hujan bermata pirusnya. Dan diajak merayakan molendag- hari Kincir Angin- di Friesland. Orang-orang Friesland ini punya kebanggaan tersendiri terhadap bendera provinsi mereka. Nah, bendera Friesland atau Friese Vlag ini pasti sering kita lihat di kaleng kemasan salah satu merk susu. 
De burcht van Leiden

Selain perayaan molendag, ada juga perayaan hari Ratu, perayaan menyelam massal di tahun baru, Leiden Ontzet, dan masih banyak lagi budaya negeri Belanda di novel ini. Salah satu tempat yang bikin saya penasaran untuk dikunjungi adalah sebuah apartemen yang di bagian dindingnya tertulis puisi Chairil Anwar (mungkin suatu saat dapat terwujud, Amiin ^_^). Di novel ini juga banyak diceritakan keterkaitan yang erat antara Belanda dan Indonesia. 
Ada satu kalimat yang sering diulang dan menjadi refleksi dari pencarian Kara dari novel ini, yaitu
Ibu yang pergi. Kara yang mencari
Ruang kosong bernama ibu inilah yang menjadi alasan Kara selama ini berlari dan mencari. 
Saya beberapa kali menemukan kutipan yang membekas di pikiran. Seperti saat Sienna dan Kara berbincang mengenai anak-anak panti asuhan. 
"Menurutmu," desis Kara. " Ketika dewasa nanti, akankah mereka mempertanyakan asal usul mereka?"
"Of course," jawab Sienna mantap. "Bukankah mempertanyakan diri adalah bagian dari perjalanan menuju kedewasaan? Dan, tentu saja mereka akan mempertanyakan asal-usul yang bagaimanapun merupakan rumah identitas mereka".
Ada juga saat Rein ditanya mengapa hobi menggambarnya tidak ia jadikan profesi. Begini jawaban Rein:
"Zaman sekarang, batas antara eksplorasi dan eksploitasi makin tipis. Aku tak ingin terjebak di dalamnya. Kalau menjadikan hobiku sebagai profesi, aku khawatir berujung mengeksploitasi kemampuanku"
Beberapa kalimat ada yang rancu bagi saya, seperti pada kalimat:
Namun, mengapa perempuan itu pernah sekali pun berusaha menghubunginya ketika Kara tinggal di Jakarta (hal.142)
Di perjalanan pulang, kereta sepi, Kara duduk sendiri-dengan senyum yang tak hendak lesap dari bibirnya (hal.186)
It's for 'Thank You' buat also for 'thuis'. May you find home wherever you are (hal.162)
Saya kurang tahu arti buat, apakah itu but yang salah ketik jadi buat?. Soalnya saya cari di bahasa Belanda dan Inggris gak ada kata itu (siapapun yang tahu kasih tahu ya melalui komentar ^_^).

Terlepas dari kalimat yang rancu, saya benar-benar suka kisah dari novel ini. Setiap karakternya kuat dan gak tempelan. Juga settingnya di  Belanda yang merupakan salah satu negara yang ingin saya kunjungi ^_^. 
Keep reading for rest of your life :)

Rating: 4/5


4 komentar:

  1. what a nice review ^^ jadi tertarik untuk baca, kayaknya bagus sih ceritanya apalagi mba kasih ratingnya 4 hihi sebenernya tiap ke toko buku, Holland ini selalu melambai-lambai minta dibeli tapi aku ragu terus, mungkin karena aku kurang sreg sama covernya xD

    BalasHapus
  2. Saya suka baca novel ini. Ceritanya emang seruu ^_^

    BalasHapus
  3. ahhhh :) aku jadi kangen belanda baca reviewmu. sepertinya penggambaran leiden di sini beneran sesuai aslinya :)

    BalasHapus
  4. Iyaa digambarkan dengan rapih, mungkin karena penulisnya juga sedang tinggal di Belanda,. :)

    BalasHapus