Judul: Rhapsody
Penulis: Mahir Pradana
Penerbit: Gagas Media
Jumlah Halaman: 324 halaman.
Tahun Terbit: 2013
If you build it, they will
come (Field of Dreams)
-Al-
A woman’s heart is deep ocean
of secrets (Titanic)
-Sari-
Rhapsody,
novel kedua karya Mahir Pradana setelah Here, After. Karya kedua Mahir yang
saya baca setelah cerita-cerita pendek karyanya di Menuju(h). Novel yang
menceritakan kisah seorang Abdul Latif dalam mengejar mimpi-mimpi besarnya. Ia
percaya pada salah satu ungkapan dalam film favoritnya, field of dreams
If you build it, they will come
Mimpi terbesar laki-laki yang kerap dipanggil Al ini
adalah memiliki hostel miliknya sendiri. Bagaimana ia tetap teguh
memperjuangkan mimpi dan jatuh bangun untuk tetap percaya bahwa mimpi tersebut
dapat diwujudkan menjadi cerita yang mendasari novel ini. Demi mewujudkan
mimpinya Al mengubah hotel peninggalan ayahnya menjadi hostel. Namun, hostel
yang telah dibuka belum berjalan dengan baik sampai keajaiban datang dari
seorang laki-laki bernama Miguel yang kelak akan menjadi orang yang berarti
bagi hidup Al. Berkat saran-saran dari Miguel, kini hostel miliknya dikenal
dunia. Hostel itu bernama Makassar Paradise. Bahkan hostel ini mampu menyeret
masa lalu Al kembali. Masa lalu berwujud wanita bernama Sari.
Saya
suka novel ini mulai dari sampulnya yang didominasi biru muda dan ilustrasi
sampul yang benar-benar unik. Ada gambar tangga, cincin yang terjalin di
tangga, amplop, burung dan Gerbang Brandenburg. Unik. Benar-benar unik. Sampai sekarang saya masih sering
membulak-balik sampul ke atas ke bawah. Soalnya bingung ini gerbang kok
terbalik, tapi pas dibalikkin jadi tangganya yang terbalik. Haha I love
this cover ^_^. Selain itu apa yang saya suka adalah banyak kutipan-kutipan
romantis dari penulis. Saking banyaknya lihat bookmark yang saya tempel di
novel. Sebagian besar itu adalah penanda untuk kutipan yang menarik.
Salah
satunya:
“Orang bijak selalu mengatakan, sebelum memulai sebuah perjalanan, anggaplah dirimu sebagai sebuah stoples kosong. Lalu, dari setiap tempat yang kau kunjungi, ambillah apa pun yang bisa kau ambil. Pergunakan semua indramu untuk mengisi stoples itu. Jadi, ketika pulang rumah, stoples itu akan penuh oleh berbagai macam hal berbeda yang telah kau koleksi dari setiap perjalananmu”
Penuh bookmark novelnya...
Novel
ini tidak hanya menampilkan perjuangan Al dalam membangun hostel, namun
memperkenalkan pada pembaca tempat wisata dan budaya yang ada di Makassar. Fort
Rotterdam yang bersejarah, sunset Pantai Losari yang indah, literatur I la
Galigo sampai Patung Sultan Hasanuddin yang kadang terlupakan disinggung-singgung
di novel ini. Okkots yang menjadi salah satu ciri khas gaya bicara orang
Makassar, penulis jadikan salah satu
kebiasaan tokoh di novel yang bernama Bebi atau Bambang.
“Okkots adalah gaya berbicara khas orang makassar. Terkadang, orang Makassar tidak bisa menahan untuk menambahkan akhiran –g di belakang sebuah kata yang seharusnya cukup berakhiran –n sehingga khiran itu menjadi –ng. Atau sebaliknya, akhiran –ng malah kekurangan huruf “g” sehingga menjadi akhiran –n saja. Seperti yang selalu dilakukan Bebi kalau berbicara “Ikan” menjadi “ikang”, “makan menjadi makang”, “ujung” menjadi “ujun”, dan banyak lagi.
Ada
juga panggilan khas untuk anak laki-laki Makassar Aco dan Acce’ untuk perempuan (kalau di sunda
mungkin ujang dan neng). Selain itu penulis juga menuliskan setting dari
beberapa tempat berbeda seperti Madrid, Paris, Berlin. Kota-kota ini
diceritakan ketika Al sebagai tokoh utama mengenang masa lalunya.
Secara
umum novel ini memiliki alur maju-mundur. Si tokoh akan diceritakan pada masa
sekarang, pada lain kesempatan diceritakan masa lalunya melalui kaca mata
kenangan si tokoh. Sejujurnya saya suka
karakter Al yang digambarkan gigih mewujudkan mimpi-mimpinya, namun saya lebih
terhibur dengan karakter-karakter tokoh yang berada di sekeliling Al. Seperti
Bebi yang ceria, setia (karena selalu ikut Al dalam suka dan duka), mudah
memaafkan dan bangga akan budayanya sendiri (karena meski beberapa kali
disinggung Al tentang okkotsnya, tetep aja Bebi suka memakai gaya bicara itu).
Atau karakter Simon yang lucu dalam berbicara bahasa inggris, Miguel yang selalu
optimis. I like them ^_^.
Penuturan
dari ceritanya mengalir, meski banyak bahasa inggris, kalimat yang diucapkan
dengan gaya okkots, tidak sulit memahami kalimat-kalimatnya.
Sayangnya,
ada kekuranglogisan dari salah satu adegan dari novel ini.
“Lupakan Gangnam Style!” begitu kata miguel ketika kami mendiskusikan rencana berflash mob ria ini. (hal 296)
Padahal
Gangnam Style belum rilis di tahun 2011 saat
Al merencanakan flash mob di hari minggu di Pantai Losari tanggal 18 Desember
2011. Info rilis Gangnam Style: Gangnam Style
At
least, saya suka novel ini karena penuturan ceritanya yang mengalir, ceritanya
sederhana namun selalu bermakna dalam, dan tokoh-tokohnya yang unik. Seperti
kata Al,
“Keajaiban, keajaiban. Yang harus kau lakukan hanyalah tidak berhenti percaya pada keajaiban. Percaya pada kekuatan impian”
Mari
kita susun mimpi dan wujudkan di tahun ini. My dream is I want to travel around
Indonesia, hope this will happen this year. And What’s your dream? Tell me in comment ^_^
Keep reading for rest of your life :)
Rating: 4/5
iyaaa suka sama covernya deh :) sejuk ya liatnya :)
BalasHapusBirunya bikin adem :)
BalasHapus