Judul: People Like Us
Penulis: Yosephine Monica
Penerbit: Haru
Genre: Fiks, Sicklit
Jumlah Halaman: 330 halaman
Tahun Terbit: 2014
ISBN: 6027742356
"Hanya karena kau punya banyak kekurangan, bukan berarti kau tak layak dicintai"
-Amelia Collins-
"Kuberitahu padamu, mudah dan sulit itu relatif. Hidup takkan sesulit itu jika kau melakukannya sepenuh hati. Dan mati itu tidak akan gampang jika kau tahu kau punya sesuatu yang layak dipertahankan untuk hidup."
-Benjamin Miller-
Begitulah isi prolog dari kisah Amelia Collins dalam People Like Us. Gadis ini, Amelia, dikenal teman-temannya hanya oleh dua hal. Pertama, melalui cerita-cerita yang ia tuliskan dalam blog miliknya. Cerita Amy, nama panggilan Amelia, amat digandrungi oleh orang-orang, sehingga tak heran blognya dikunjungi ratusan orang dan termasuk temannya. Sayangnya cerita yang Ami tulis tak pernah memiliki akhir. Alasannya, Amy ingin membiarkan pembaca untuk menentukan jalan akhir cerita.
Aku harap kau mau membaca ceritaku. Meskipun cukup panjang, membosankan, dan mungkin kau sudah tahu akhir cerita ini sejak awal.
"Bukankah itu malah lebih bagus? Aku membiarkan kalian berfantasi sendiri, menyimpulka akhirnya"Kedua, Amy terkenal di kalangan teman-temannya sebagai gadis yang menyukai teman mereka, Benjamin Miller. Tak usah ditanya bagaimana teman-temannya ini tahu rahasia Amy. Ibaratnya api yang cepat menyebar saat ada oksigen, begitulah kisah itu menyebar. Ya, Amy hanya bercerita pada beberapa temannya bahwa ia menyukai Ben, Benjamin Miller. Kemudian dari satu teman bertukar cerita pada teman lain. Begitu seterusnya, sehingga hal itu menjadi rahasia umum. Tentu saja hgal ini sampai pada telinga Ben sendiri. Namun, Ben tidak terlalu menggubris hal tersebut meski ia kesal juga dan menyebut Amy sebagai penguntit.
Sebenarnya, awal perasaan Amy pada Ben, hanya melalui sebuah ucapan selamat natal di sebuah tempat les musik. Namun, bagi Amy hal itu merupakan benang awal ia menyukai Ben. Sayangnya, kehidupan tidak berjalan mulus seperti yang kita inginkan. Pun pada kehidupan Amelia Collins. Kenyataan hidup menghantamnya pada kesedihan mendalam, saat ia divonis menderita Kanker Limfa. Entah, apa maksud Tuhan mengirimkan hal ini padanya. Hanya yang ia tahu, mulai saat itu ia semakin dekat dengan Ben.
"Aku akan mati." Amy mengangkat bahu. "Kau juga akan mati. Kita semua akan mati. Hanya saja, kita tidak perlu bertaruh untuk tahu siapa yang akan mati lebih cepat."
Source: here edited by me
Pemantik awal kisah akan dimulai saat Amelia tiba-tiba collaps di sekolah dan divonis menderita kanker. Di sini, pembaca akan mulai disuguhkan kenyataan bahwa tokoh utama, Amelia Collins ternyata memiliki masalah yang serius. Sebenarnya, jika penulis tidak mampu meramu cerita, kisah ini akan sangat terdengar klise dan membuat pembaca enggan melanjutkan cerita. Tapi, Yosephine sepertinya bisa menulis dengan lancar dan mengalir sehingga tidak terkesan klise dari cerita ini. Dan membuat saya pembaca mulai menerka-nerka bagaimana kelanjutan kisah Amelia dan Ben. Rasa penasaran membawa saya hanyut pada kisah ini.
Seperti saya bilang, kisah ini akan bergulir di dua sisi. Sisi Ben dan Amelia. Jika sisi Amelia harus menerima kenyataan tentang kankernya, maka sisi Ben mulai terusik dengan impiannya sejak lama. Yaitu, menulis cerita. Tentu saja, hal inilah yang menyatukan Ben dan Amelia. Keduanya punya passion pada menulis. Di sini penulis, mulai menyelesaikan masalah tokoh Ben yaitu kebenciannya pada Amy a.k.a Amelia. Namun, alur akan bergerak kembali pada konflik ketika semuanya berjalan damai anatara kedua sisi utama tokoh. Yang jelas tentunya ada dunia di luar dua tokoh tersebut yang berjalan di kisah ini. Konflik muncul dari dunia luar Ben dan Amy. Penulis mulai mengisahkan reaksi orang-orang di sekitar mereka tentang penyakit kanker Amy, passion menulis Ben, dan kisah cinta mereaka masing-masing.
Bagian klimaks memang penulis simpan di bagian terakhir. Hal ini cukup membuat saya jengkel, well bukan jengkel tak suka, tapi karena tidak tahan bagaimana akhirnya^^. Dan sukses, penulis membuat saya menangis untuk kisah Amelia Collins dan Benjamin Miller ini. Menangis tapi tetap menimbulkan sisi manis. Well, good job, Yosephine dengan telah menghadirkan kisah dengan alur yang membuat emosi saya naik turun ^^.
Keep reading for rest of your life :)
Rating: 3,5/5
GIVEAWAY
Hei, kamu! Aku masih belum selesai. Ada giveaway dengan dua hadiah menarik buat kamu pengidap Haru Syndrome dan buat yang sudah mengikuti blog tour ini. Hadiahnya adalah dua buku terbitan Haru yaitu Then I Hate You So karya Andry Setiawan plus dua sampul buku People Like Us dari Emerald Green Label. Jadi, bakal ada dua pemenang yang masing-masing dapat buku dan sampul. Keren, kan?. Apa ketentuannya? Kamu tinggal isi Rafflecopter di bawah ini,
Giveaway ini berlangsung dari tanggal 22-28 Juni 2014. Pemenang akan diumumkan paling lambat setelah tiga hari giveaway ditutup.
KUIS FINALE
Ada satu lagi kuis yang Penerbit Haru selenggarakan selama Blog Tour People Like Us ini. Ada huruf acak yang bakal nongkrong di tiap blog host untuk Blog Tour People Like Us. Tentu saja ada hadiah menarik buat kamu yang rajin mengumpulkan huruf-huruf ini setiap harinya. Hadiahnya:
- Paket buku Haru
- IPad Cover People Like Us dari Emerald Green Label
- Totte Bag dari Emerald Green Label
Kamu hanya harus mengikuti blog tour ini dari awal sampai akhir untuk tahu apa saja huruf misteri yang keluar. Setelah terkumpul semua huruf, kamu susun huruf itu dalam bentuk gambar dan post di Fanpage Penerbit Haru. Suapaya tak ketinggalan post huruf ini, catet jadwal Blog Tour People Like Us:
- 17 dan 26 Juni 2014: Stefanie @blog (The Bookie-Looker)
- 18 Juni 2014: Luckty @blog (Lucky si Pustakawin)
- 19 Juni 2014: Non Inge @blog (Bacaan Inge)
- 20 dan 27 Juni 2014: Ira @blog (Ira Membaca)
- 21 Juni 2014: Atria @blog (My Little Library)
- 22 Juni 2014: Siti Robiah @blog (Review Siro)
- 23 Juni 2014: Mei @blog (OceMei's Little World)
- 24 Juni dan 28 Juni 2014: Ratri @blog (The Awesome Nerd)
- 25 Juni 2014: Oky @blog (Kumpulan Sinopsis Buku)
Selamat Mengikuti! Lets Rock, Guys!^^
Membuat cerita tersebut menjadi berkesan meskipun cerita itu dilingkupin oleh cerita sick-lit dan akhirnya akan menjadi sad ending :)
BalasHapusNama : vira natasyah
Kota asal : Palembang
Email : vira.natasyah@yahoo.co.id
Nama : Rizki oktavia
BalasHapusKota Asal : Jakarta
Email : rizki_oktavia@ymail.com
Twitter : @rizKorea
Karena dari awal novel ini sudah bertema sick-lit,aku pun ingin novel ini berakhir dengan sad ending.
Terdengar menyakitkan 'mungkin'.Tapi bagiku,novel yang dibuat dengan sad ending jauh lebih susah dibandingkan dengan novel dibuat happy ending.Terlalu banyak novel yang pernah aku baca dan berakhir dengan happy ending dan 'mungkin' sedikit membosankan.Karena itu,aku ingin novel yang sad ending.Sangat susah membuat pembaca bisa meresapi novel bertema sick-lit dan agak susah juga membuat pembaca menangis meneteskan airmata dibandingkan harus membuat pembaca tersenyum.
Contoh berakhiran sad yaitu salah satu tokoh,(mungkin) tokoh utama meninggal dunia atau pergi.
Ikutan yakkk....
BalasHapusEnding untuk novel sick-lit? hmmm... apa yahh???
Kalau aku sih lebih mending ending yg touching tapi bahagia. Agar aku waktu membacanya, nggak cuma nangis terharu aja, tapi juga ikutan bahagia.
Asal endingnya itu nggak janggal hihihi...
Kalau nggak ya, endingnya dibuat agak twist gitu dehh, biar nggak mudah ditebak..
Aku lebih suka yg gituan...
Menangin ya kak.. menangin pleasee
Nama: Adinda Putri Citradewi
Tempat tinggal: Cerme.Gresik,Jawa Timur
Email: adindaputri29@yahoo.com
Twitter: @Adindaputri29D
Halo kak, ikutan ya :))
BalasHapusKarena udah sicklit, aku pengen yang sekalian sedih. Jadi aku berharap endingnya yang berakhir dengan kematian. Entah itu orang yang emang udah sakit dari awal, tapi yang sakit tapi terlihat kuat (twist), seperti The Fault in Our Stars.
Nama : Dyah Muawiyah
Asal Kota : Surakarta, Jawa Tengah
Email : dyaahmuawiyah@gmail.com
Twitter : @dyahmuawiiyah
Duh typo. Maksudnya Entah itu orang yang emang udah sakit dari awal, ATAU yang sakit tapi terlihat kuat (twist), seperti The Fault in Our Stars.
Hapusuntuk identitas diri saya masukkan dalam kolom di Rafflecopter yah.
BalasHapusuntuk ending sick-lit sih, harapan saya bisa bersifat bitter sweet. Soalnya sick lit kan biasanya berakhir dengan kematian tokohnya. Kalau bisa kematiannya itu membawa perubahan pada tokoh yang lain.
Untuk novel sicklit, aku sih mengharapkan akhir cerita yang manis. Akhir cerita yang memberikan kenangan yg melekat dihati dan ga gampang untuk dilupain baik untuk si tokoh ataupun para pembaca. Meskipun itu harus sad ending.
BalasHapusNama : Endah Nur Fajriyah
Asal kota : tangerang
Twitter : @enndh
Email : endahnurfajriyah@gmail.com
Menurutmu, Apa yang kamu inginkan untuk suatu akhir kisah dalam novel jenis sicklit seperti People Like Us?
BalasHapusAku nggak ingin kisah berakhir sedih. Meskipun tokohnya meninggal, tetap harus ada sebuah akhir yang terasa menyenangkan, entah itu sebuah pencapaian hidup yang dirasakan salah satu tokohnya, atau penemuan sebuah arti hidup yang bikin pembaca nggak menangis karena sedih, tapi menangis karena haru, bahagia.
Dian. S
Ngawi, Jatim
dian_putu26@yahoo.com
@DeeLaluna
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuskarena sick-lit selalu sad ending,, aku ingin sedikit berbeda. aku ingin akhir dari cerita sick-lit itu happy ending. misalnya bertemu antara kedua tokoh itu sebelum penyakit dari salah satu tokohnya merenggut nyawanya.
BalasHapusNama : Farah Fahma
Kota : Tegal, Jawa Tengah
Email : farahfahma179@gmail.com
Twitter : @FarrMaSi
Nama: Apria Ningsih Siregar
BalasHapusKota: Tebing Tinggi ,Sumatera Utara
Email: apria.siregar@gmail.com
Twitter: @giyuvi
pengennya berakhir bahagia min,, pasti ada obat atau solusi untuk suatu masalah ,apalagi sakit ... mungkin dikenyataan itu agak mustahil buat happy ending tapi apa tidak boleh kisah dengan penyakit itu berakhir bahagia ,,
Sick - lit itu kan genre Sad , aku sih kepengen nya akhir nya itu pantas . Jadi kalo misal nya novel itu tidak terlalu menyakitkan awal - awal nya aku kepengen akhirnya itu lebih menyakitkan (Sad Ending ) tapi kalo sick -lit itu awal nya saja sudah menyakit kan snagta malah aku kepengen nya akhirnya Happy Ending
BalasHapusNama : Adita Yulinda
Kota : Gunung putri , Bogor .
Email : aditayulinda9jhs@gmail.com
Twitter : @AditaYulG_
Hmmmm kayaknya yang berakhir sedih, Amy juga kasihan udah sakit-sakitan,walaupun Ben akhirnya jatuh cinta pada Amy, akhirnya ikutan sedih juga kan. Yang penting ada makna tersirat diakhir kisah sedih mereka.
BalasHapusNama : Antonia Glory
Kota: Bandung, Jawa Barat
Email: antoniaglr@gmail.com
Twitter: @Violinloverz
sy brharap carita ini akn sad ending... dmn Amy meninggal tp dg wajah senyum stlh Ben sadar & dg perasaan harunya mau menjadi tmn dekat Amy, dan Ben memiliki pelajaran berharga ttg kehidupan, bahwa ia hrs melanjutkan hidup dg tdk mengurung diri dan dpt belajar dr perjuangan hidup Amy. :)
BalasHapusNama : Nuriyanni R
Kota : Malang
Twitter : @RianiJauzaa
Email : nuriyanni@gmail.com
Sad yang bisa aku bercucuran air mata;'""
BalasHapusLogis. Aku nggak berharap apa pun lagi. Semua terserah penulis. Hal yang menurutku penting adalah penulis harus memaparkan perjuangan tokohnya untuk bertahan hidup atau menggapai impian dengan batas waktu yang singkat dan rintangan yang sangat sulit. Yang penting endingnya jangan dipaksakan happy. Kalau novel agama atau novel fantasi mungkin bisa membubuhkan keajaiban, tapi kalau novel biasa, aku berharap akhirnya logis, kecuali penulis mampu menggambarkan adegan penuh keajaiban itu dengan indah. Jadi, kalau endingnya happy, bagus. Kalau sad, dengan perjuangan itu, walaupun tokoh meninggal, hal itu seolah pantas. Seperti kata-kata yang sering kudengar ketika ada kabar orang baik meninggal muda: Tuhan sangat menyayanginya, makanya Tuhan ingin lekas bertemu dengannya.
BalasHapusNama: Afifah Mazaya
Kota: Bogor
Email: 56mazaya@gmail.com
Twitter: @FifNoor
Menurutmu, Apa yang kamu inginkan untuk suatu akhir kisah dalam novel jenis sicklit seperti People Like Us?
BalasHapusuntuk dian pribadi, entah kenapa sampai sekarang mau banget kalo baca cerita sick-lit gitu akhirnya happy ending. walaupun sang tokoh yang sakit itu meninggal, dian maunya nanti bakalan ada orang baru yang ngisi hatinya orang yang ditinggalkan. lebih suka lagi kalo tokoh yang sakit ini bisa sembuh dengan dorongan dan semangat hidup dari orang yang dia cintai, entah sahabat, keluarga, atau pasangannya.
ini juga bisa jadi inspirasi buat pembaca yang benar-benar mengidap suatu penyakit parah. sick-lit yang happy ending bisa buat dia termotivasi untuk terus hidup, engga yang melulu udah pasrah aja dan menganggap hidup dia bakalan berakhir menyedihkan kayak cerita yang dia baca. karena pada dasarnya buku itu adalah salah satu cerminan dan motivasi untuk menjalani kehidupan^^
*kak, maaf ya dian ga bisa like fanpage di fb karena dian ga punya fb, hehe. mohon pengertiannya^^*
Nama: Dian Triafani
Asal: Jakarta
Twitter: @diantrf
E-mail: diantrf@gmail.com
@chi_yennesy ikuuut ya ;D
BalasHapuskalau aku boleh memilih, bolehkah Amy hanya pura-pura sakit.... sepertinya menjadi tak logis, Amy mesti berjuang sampai titik terakhir, paling tidak Ben sadar bahwa kehadirannya lah yang paling menjadi obat bagi Amy.
Ben membantu amy buat sembuh, bahkan menikahinya....
Endingnya sekalian bikin nangis 7 hari 7 malam, biar feel sedihnya kerasa terus-terusan, kan keren. Terus endingnya, Amy mati, Bennya sama orang lain, buat dia Amy ngga berasa apa-apa buat Ben. walaupun ini kejam banget, haha.
BalasHapusNama: Arfina Tiara Dewi
Kota: Serang
Email: arfina.tiara123@gmail.com
Twitter: @Ipinkaramel
Menurutmu, Apa yang kamu inginkan
BalasHapusuntuk suatu akhir kisah dalam novel
jenis sicklit seperti People Like Us?
Aku lebih suka sad ending, karena menurutku novel jenis sicklit lebih ngena klo berakhir dgn kematian tapi aku berharap sebelum kematian itu datang, tokoh"nya merasakan kebahagiaan yg akan memberikan nilai positif untuk para pembaca :D
@Ana_On3
Aku sih berharap endingnya pasti bikin nyesek banget dan bikin katagihan, atau yang lebih bagus sih bikin selalu terbayang2 sama apa yang dialami tokohnya di akhir cerita. Aku bukan penyuka happy ending, karena menurutku jarang sekali ada kehidupan yang akhirnya benar2 seperti itu. Jadi, aku enggak mau berkhayal kalau akhirnya novel ini jadi happy seperti Amy yang sembuh atau hidup bersama Ben. Aku lebih suka kalau Amy meninggal terus Ben hidup dan enggak bisa move on *hahaha, sepertinya aku emang evil lol*.
BalasHapusMakasih buat GA-nya! Dan semoga aku beruntung. Soalnya aku lg ngincar buku-buku haru. Aku kena haru syndrome, lho, btw. :D
Nama: Farah
Kota: Banjarmasin
E-mail: aurelliamaudyna@gmail.com
twitter: @_wolfhara
berhubung genre novel ini sick lit,aku inginnya novel ini berakhir dg sad ending yang bisa buat kami sebagai pembaca merasakan apa yang di alami si tokoh dan setelah membaca novel ini kami sebagai pembaca tidak akan lupa begitu saja dengan jalan ceritanya kalau bisa novel ini bisa buat kita nyesek sampe" kita nyediain tisu karna nangis *heleh* :D
BalasHapussetelah kepergiaan Amy aku berharap semuanya tidak larut begitu saja dalam kesedihan tetapi semua orang yang berada di samping Amy merasakan kebaikan yg Amy berikan kpda mereka, dan mengenang Amy dalam sebuah senyuman manis :-)
Tres bien merci buat GA-nya \(^o^)/ wish me luck amin.. O:-) #korbanharusyndrome :D
Nama : Muhsinatud Diyanah
Kota : Jepara,Jateng
E-mail : diyanarkyu@gmail.com
Twitter : @diyan402
Share link : https://twitter.com/diyan402/status/480592716091232256
Bismillah ikutan :3
BalasHapusPertanyaan: Menurutmu, Apa yang kamu inginkan untuk suatu akhir kisah dalam novel jenis sicklit seperti People Like Us?
Jawab: akhir yang manis kayak People Like Us :D karena kalo akhirnya kejam dan bener2 bikin sakit dari awal ampe akhir, bisa-bisa saya nyimpan dendam ._. habis baca novel siapa tahu saya langsung ditelfon ama temen trus jawabnya malah gini "kamu kira kamu siapa hah berani kayak gitu sama aku? aku bukan budakmu ya!? tunggu aja pembalasanku" trus nutup telfon, pdahal yg nelfon cuma baru nanya "lagi ngapain?" ._. Plis itu bisa merusak hidup sayaa (?)
tapi nih pilihan kedua, klo akhirnya rada2 misteri minta lanjut juga gapapa :D misalnya; Amy sakit dan ngabisin waktu bersama ampe malem di rumah sakit ama Ben, Besok paginya Ben bangun dan kamar pasien uda bersih. Ben nanya ke suster, Amy, maksud saya Amelia dmana? dan suster jawab, Amelia? tdk ada pasien yg bernama seperti itu disni. Ben nanya ke temen2 dan gada yg tau siapa itu Amy. Ben gila dan sutris (?) kemudian ia ketemu seorang penerbit yg mau terbitin hasil karyanya disaat kondisi Ben kyk orang sakaw (?) dan .... Amy?
the end :D plis itu endingnya gak sicklit XD haha cuma mau nambahin ajalah . klo endingnya yg kayak versi saya ya di sequelnya genrenya juga sicklit. gmna lanjutannya? pikirkan sendiri :v
tp kesimpulannya saya tetep dukung sicklit dengan ending manis kok. yg pada saat nutup buku saya akan berlinang air mata terharu sambil tersenyum. dapet makna2 kehidupan yg bakal saya sebar di twitter :') #duarrr
karena kalo endingnya juga kejam gt kak, saya gak bakal dpt makna kehidupan, hawa saya pasti langsung gelap. saya gak mau kyk gt ah saya gakmau jadi voldemort gamau gamauuuu >< *ribut sendiri*
sekian terimakasih , saya mau mandi kembang dulu, mau membersihkan hawa gelap ._. bye bye ~
Nama: Ade Aprilia Puspayanti
Kota : Denpasar
E-mail: adephia119@gmail.com
twitter: @Dephiil119
Fb: Dephil Phia
Wassalam :3
Menurutmu, Apa yang kamu inginkan untuk suatu akhir kisah dalam novel jenis sicklit seperti People Like Us?
BalasHapusJawabanku:
Dari kebanyakan novel sicklit yang aku baca, kebanyakan semuanya berakhir dengan sad ending. Tapi yang paling aku suka itu novel sicklit yang berjudul The Fault in Our Stars. Dimana sang penderita menghadapi penyakitnya dengan cara yg tidak lebay. Mungkin novel People Like Us juga sama seperti novel itu. Dan untuk endingnya, aku ingin mendapat ending yang tak terduga. Akan menjadi suatu kelebihan jika, seseorang setelah membaca novel ini, lalu dapat menceritakan kembali kepada orang lain.
Nama: Fransiska Olivia
Kota: Denpasar, Bali
E-mail: andesidabf@gmail.com
Twitter: @FSiskaaa_
Akhir kisah dari sebuah sick-lit yang sering ku temui tentu saja berakhir dengan sad ending. Namun ada juga seperti Bellamore nya Karla M Nashar yang berakhir dengan happy ending dimana sang tokoh utama perempuan menemukan seseorang yang baru dan melanjutkan kehidupannya dengan orang baru tsbt.
BalasHapusJujur saja,aku tidak begitu suka dengan happy ending sick-lit yang malahan menghadirkan seseorang yang baru untuk mengantikan tokoh yang meninggal tersebut.Kesannya bahwa tokoh yang meninggalkan itu tidak berpengaruh besar pada tokoh utama sampai2 bs ada orang yg menggantikannya ( hanya berlaku untuk novel bukan kehidupan real ya XD hehehe ).
Jadi akhir kisah yang ku inginkan untuk genre sicklit seperti people like us sih tentu berakhir dengan sad ending,karena aku ingin merasakan chemistry yg di hadirkan antara tokoh yg meninggalkan dan di tinggalkan di dalam cerita dan di kemas dengan suatu tekad bagi tokoh yang di tinggalkan untuk lebih menghargai hidupnya dan meneruskan hidupnya. Tentu nya aku juga berharap mendapat akhir cerita yang tidak janggal untuk mendapatkan makna dari novel yang ku baca :)
*re_write data ya kak takut yg di rafflecopter dempet2& ga bgtu jelas
Nama : Clara Lavinia
Kota : Jakarta
Alamat email : claire_loc@yahoo.com
Twitter : @claclairee
Untuk akhir cerita novel ini, aku berharap banget Amy bisa sembuh dari kanker-nya, jadi dia juga bisa merasakan keajaiban yang sangat jarang dialami oleh sesama penderita kanker. Dengan begitu, dia jadi bisa bersatu dengan Ben :)
BalasHapusNama: Phelina Felim
Kota: Bekasi
E-mail: phelinafelim@gmail.com
Twitter: @phelinafelim
Nama : Ken Astri D.
BalasHapusDomisili : Tulungagung, Jawa Timur
Email : ken.orion91@gmail.com
Twitter : @orion____
Sick-lit memang biasanya identik dengan bad/sad ending. Tapi kalau menurut saya sih, meski harus sad ending, novel-novel bertema sick-lit tidak harus diakhiri dengan tokoh penderita (sakit) meninggal karena penyakitnya. Bisa saja dibuat variasi cerita dimana si sakit ini memutuskan mengakhiri hubungannya dengan si kekasih karena si sakit ingin sang kekasih menemukan orang lain (yang sehat) yang dapat memberi sang kekasih masa depan yang lebih baik daripada dengan si sakit itu sendiri, :))
Sekian~~ :))
Terimakasih giveaway, Kak :))
Aku jarang bgt baca sicklit hehehe... jadi karena sepertinya kebanyakan sicklit berakhir sad ending. aku ingin sicklit yg berakhir pd kematian tp tetep bisa membuat kita tersenyum saat terakhir membacanya atau paling nggak bisa bikin aku nangis sambil tersenyum mwehwhe :3
BalasHapusNama : Yuniar Saraswati
Kota : Gresik, Jawa Timur
Email : aniar196 [at] gmail [dot] com
Twitter : @yurizkyyy
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusData saya sudah di-entry di rafflecopter :))
BalasHapusApapun. Yang penting logis, realistis, natural dan punya power. Kekuatan yang bisa ditiru dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata sang pembaca. Karena tema sick-lit adalah tema yang sangat sensitif menurut saya. Disini kita bisa lebih semangat dan membuat mereka berpikir bahwa secercah harapan itu pasti ada, jika cerita mengalir dengan natural. Namun sick-lit malah membuat kita sedih berlarut-larut meskipun pembaca dalam kondisi yang ceria ketika mulai membacanya. Sosok sick-lit tidak cocok dengan imajinasi yang terlalu berlebihan. Yang penting natural apapun imajinasinya :))
Tapi.. ending yang menggantung mungkin bagus. Benar-benar menggantung. Seperti yang Amy bilang, biarkan mereka berimajinasi.
Saya ingin ending menggantung dengan skets yg seperti ini : Penulis mengenal tokoh sampai 4/5 hidupnya. Entah apa yang terjadi sama penulis sehingga dia harus meninggalkan di 4/5 hidup tokoh utama. Seperti realita bahwa ada kalanya kita bertemu sosok dan berpisah tanpa tau dia akan sesukses apa dia, dengan siapa ia akan menikah, dll. Saya ingin menggantung yang membuat pembaca memihak pada ending yang 50:50. sad ending:happy ending.
Menurut saya setiap cerita sick-lit punya setiap ending terbaiknya. Belum tentu untuk cerita ini pilihan sad ending bukanlah ending terbaik. Atau sebaliknya. Untuk People Like Us ini saya ingin Happy Ending. Amy tetap mati. Tapi lingkungan yang ditinggalkan saat itu menjadi ceria -> makanya saya bilang happy ending. Dimana pembaca akan menangis kehilangan tapi sesaat kemudian ia berubah menjadi menangis bahagia. Karena Amy meninggal sebagai penulis kebanggaan (asetnya penerbit, aset genre menggantung, aset penerbit, aset penulis negara atau apalah). Teman kebanggaan. Atau mungkin seseorang yang menginspirasi penulis, teman, atau siapalah. Dan sebagainya. Dan happy ending juga buat orang dekatnya karena mereka melihat Amy meninggal dengan tersenyum lebar. Puas karena mempunyai kehidupan yang berwarna, berarti, memuaskan di detik-detik penantiannya. Membuat keluarganya berpikir bahwa Akan kuteruskan perjuanganmu, akan kuingat pesanmu, lihat betapa bahagianya wajahmu, dll seperti itulah.
HapusKurang lebih seperti itulah. Dan tetep natural, realistis, logis, punya power. Karena memang dalam realitanya ada cerita yang seperti itu :))
Untuk cerita sick-lit, aku lebih suka sad-ending. Mengapa? Umumnya, kita memang mencari bacaan yang membawa kesenangan dan merupakan sebuah hiburan untuk kita. Namun, harapan yang sebenarnya dicari dari sebuah cerita dengan tema sick-lit adalah adanya sebuah kekuatan yang bisa menguatkan tokoh yang mengalami "sick-lit" itu menjalani kehidupannya, walau pada akhir cerita si tokoh "dimatikan". Sad-ending di sini adalah untuk menekankan inti cerita. Misalnya, kita tidak boleh terlalu membenci seseorang karena bisa saja kita sangat membutuhkannya saat dia telah tiada.
BalasHapusDian Maharani
Bengkulu
dianmaharani833@yahoo.com
@realdianmrani93
Hai mba, salam kenal :D ikutan yaa..
BalasHapusUntuk genre sick-lit sih, aku lebih prefer ke happy ending. Emang sih, ntar kesannya nggak logis atau gimana tapi happy ending itu seolah memberi cahaya baru membuka keoptimisan diri! Tapi walau begitu aku sebetulnya mengharapkan ending yang saling melengkapi--Yin dan Yang, jadi ada sad-nya dan ada happy-nya. Kan, nggak selamanya 'sad ending' itu sad ending. Ada hikmahnya, lah. Seperti kata Coldplay, Every teardrop is a waterfall :D
Nama: Aida F
Kota: Bojonegoro
E-mail: aiformaningrum@gmail.com
Twitter: @aidafa29
ending novel sick-lit umumnya sad end. itu wajar. tapi, ada baiknya kalau endingnya sad namun di sisi lain happy. jadi endingnya itu sad dan pas (timingnya, kecocokannya) untuk sad. ngga gantung, artinya tokoh lain juga bisa menerima ending yang seperti itu. bisa clear, ngga ada yang ganjal gitu..sebenarnya mau ending apapun bagus, yang penting kena di moment penutup yang manis dan membekas.
BalasHapusNama : Edelweis Ngelow
Kota sekarang(asal) : Yogyakarta
Alamat email : edelweis_ngelow@yahoo.co.id
Twitter : @edelweisngelow
Yang nggak biasa dan nggak pasaran. Si tokoh utama sembuh seperti mendapat keajaiban berkat usaha kerasnya melawan sakit tersebut. Toh, bukannya kanker masih bisa diobati. Dengan ending seperti itu, pembaca akan merasa lega setelah dibuat nangis bombay untuk perjuangan yang menyakitkan hanya untuk sembuh. Pembaca juga akan dibuat bersyukur masih diberi kesehatan tanpa harus mengalami fase menyakitkan untuk kesembuhan. Jarang juga ada novel Sick-lit yang endingnya begini. Jadi yang dikedepankan dalam novel genre ini adalah informasi penyakit, drama perjuangan yang tidak gampang putus asa dan buah kerja keras yang tidak pernah berakhir sia-sia.
BalasHapusNama: Hapudin
Alamat Email: hapudincreative@gmail.com
Twitter: @adindilla
Kota asal: Cirebon
Yang menyentuh. Sebetulnya sih aku nggak masalah ceritanya mau sad ending atau happy ending, yang paling penting adalah menyentuh. Semua novel sick-lit rasanya bercerita tentang usaha si sakit untuk sembuh. Aku sama sekali nggak mempermasalahkan gimana endingnya, selama perjuangan si sakit itu (atau orang-orang di sekitar mereka) bisa memberi motivasi tentang hidup. Dan yang pasti, aku lebih suka cerita yang logis. Nggak tiba-tiba jreeeng sembuh gitu. Kecuali kalo ada alasan logis kenapa dia bisa sembuh. Juga si tokoh-tokohnya (baik si sakit maupun orang di sekitarnya) nggak 'lebay' menghadapi itu.
BalasHapusNama : Ruru
Kota : Jakarta
Email : yusa.haruna@gmail.com
Twitter : @y_fantazer
Hallo Siroo
BalasHapusIjin ikutan giveaway-nya..
klo ditanya ingin ending yang bagaimana untuk novel tema sick-lit >> jelas sad-ending, kenapa? yah, supaya ada sesuatu yang bisa diinget ketika kita selesai membaca buku ~ klo bisa permanen ingetnya, aku gak begitu suka dengan cerita yang dari awal kita sudah bisa menebak ending (red: sad-ending) trus tiba-tiba ending di twist dengan happy ending, wha' are you kidding me? meski nanti tokoh utama yang menjalani kisah bahagia itu, aku tetep gak suka. Gak berkesan dan jadinya malah 'meh buatku, kecuali ~ klo memang diawal penyakitnya itu sudah jelas bahwa ada obatnya atau ada kemungkinan sembuh (let say ~ sakit flu #plak) nah, terserah aja klo mau dibikin happy ending, lha klo kanker apalagi seperti apa yg dialami Amy, ya sebaiknya sad-ending, Ben dan orang-orang disekitarnya tetep move on tapi bagian Ben punya gebetan lain, itu gak perlu di masukkan dalam cerita, bikin ngerusak suasana. #malahsensi
Sekian Siroo, thank you for the giveaway..muuph klo kepanjangan..
Nama: Winda Scorfi
Email: merahbatako@gmail.com
Twitter: @windascorfi
Kota: Surabaya
karena tema novelnya sick-lit, ending yang "masuk akal" memang lebih baik sad ending. tapi meskipun begitu, aku pengen baca novel sick-lit yang meskipun endingnya sedih, tapi berkesan "memang itu yangg harus terjadi, agar tokoh yang lain tetap bisa melanjutkan hidup mereka"
BalasHapusmakasih kak siro for the GA
wish me luck
nama: nurul mutmainnah jamil
email : jamilnurul77@gmail.com
twitter: @mutmainnahJ
kota: palopo, sulsel
asalamualaiku...^^
BalasHapusAkhir yang aku inginkan dari novel sicklit adalah akhir yang sedih. Karena kalau bahagia udah biasa hehehehe ^^, tapi meskipun memiliki akhir yang sedih aku berharap novel sicklit tetap memuat point-point yang bisa jadi pelajaran atau motivasi untuk pembaca ^^
Nama: Mufita Ramadhina
Asal : Jakarta
Twitter: @Itaramadhina
E-mail: mufita91@gmail.com
Nama : Ayun Susanti
BalasHapusAsal : Jakarta
Twitter : @yunay1107
email : ayunsusanti.yuna@gmail.com
Kalau aku lebih suka happy ending. Karena dengan happy ending perjuangan semua tokoh jadi nggak sia-sia karena ada hasil yang bisa ereka dapatkan. Yah, istilahnya benih yang mereka tabur, tanaman yang mereka rawat, hasilnya berbuah manis^^
Nama: Anas Tasya Sekartaji
BalasHapustwitter: @tsekaartajii
Kalau menurutku, novel bertema sick-lit itu endingnya tidak harus sad. Namun, kebanyakan ending dari dari novel sick-lit itu salah satu peran utamanya meninggal. Kalau menurut aku pribadi, lebih suka endingnya happy daripada sad. Karena, kasihan dong peran utamanya(?) di story dari awal sampai akhir dia sudah menderita lalu diending pun juga harus ditutup dengan sad. Kalau endingnya happy, mungkin pembaca akan sadar kalau pepatah 'bersakit-sakit dahulu, berenang-renang ketepian' itu memang benar adanya ;) tak ada penderitaan yg tidak berakhir dengan kebahagiaan(?)
Kota asal: Batang, Jawa Tengah. maaf ketinggalan hehe
HapusNama : Ayu Arista
BalasHapusKota Asal : Jembrana,Bali
Email : ayuarista805@yahoo.co.id
Twitter : @AyuArista16
Menurutmu, Apa yang kamu inginkan untuk suatu akhir kisah dalam novel jenis sicklit seperti People Like Us?
Setiap kisah aku pengen akhir yg bahagia… :D tapi karena ini kisah dalam novel jenis sicklit… aku ingin sebelum ada perpisahan… harus ada kebahagiaan atau senyuman yang mengiringi perpisahan itu… :D
Kak, aku ikutan ya ^^
BalasHapusMenurutmu, Apa yang kamu inginkan untuk suatu akhir kisah dalam novel jenis sicklit seperti People Like Us?
Kalo aku sih lebih suka ending yang bitter sweet, jadi walaupun salah satu tokoh cerita tersebut meninggal, aku sebagai pembaca enggak dibuat terlarut dalam kesedihan, karena ada "sweet moment" lain sebagai penutup ;)
Lagian kalo menurutku, ending yang happy banget itu enggak terlalu cocok sama novel jenis sicklit, kesan sicklit-nya jadi kurang terasa :)
Kalo sad ending banget juga kurang cocok, soalnya aku sebagai pembaca pasti ada perasaan sedikit kecewa atau sebel kalau buku yang aku baca itu berakhir sad ending.
Nah, jadi biar pas porsinya ending bitter sweet lah yang aku inginkan ;)
Nama : Ila Aulia Rahmah
Asal Kota : Karanganyar, Jawa Tengah
Email : la_aulia97@yahoo.com
Twitter : @ilaciouss
Nama : Melani Ika Savitri
BalasHapusKota : Situbondo
E-mail : lani.vitri@gmail.com
Twitter : @aii_vitri
untuk sick-lit, ending yang sedih atau tragis akan lebih alami dan logis. apalagi jika si tokoh utama memang dari awal dikisahkan sakit serius dan tidak punya harapan hidup lama sesuai vonis dokter. tapi tidak menutup kemungkinan penulis ingin memunculkan peranan keajaiban dari takdir, si tokoh hidup lebih lama bahkan hingga kisah novel tamat. yang nggak kalah penting menurut saya adalah pesan tentang simpati dan empati pada sesama yang mengalami penyakit serius semisal kanker, kisah perjuangan, dan lecutan semangat hidup bagi yang ditinggalkan atau dekat dengan tokoh utama.
Menurutmu, Apa yang kamu inginkan untuk suatu akhir kisah dalam novel jenis sicklit seperti People Like Us?
BalasHapusEnding yang manis tapi saling berkaitan dengan bagian di awal – awal cerita, tapi karena disini si tokoh punya penyakit kanker yang kemungkinan sembuhmya sedikit, ya ending yang sewajarnya aja.meninggal. Nggak mungkin kan tokohnya bisa sembuh? Karena itu aku pengin ending yang manis dan berkaitan dengan bagian di awal cerita. Jadi walaupun tokohnya meninggal seenggaknya kita bisa nge-flashback di bagian awal yang dilakukan si tokoh.
Nama : Meilina
Kota : Yogyakarta
E-mail : LinaKartika526@gmail.com
Twitter : @meilinakartz
Menurutmu, Apa yang kamu inginkan untuk suatu akhir kisah dalam novel jenis sicklit seperti People Like Us?
BalasHapusSicklit sih biasanya sedih yah apalagi kalau penyakitnya kanker yang sulit disembuhkan. Endingnya juga pasti bakalan meninggal tapi yang aku harapkan sih, orang-orang yg ditinggalkan itu tetap kuat dan sabar, bisa melanjutkan hidup sebagaimana mestinya. Yang pasti, harapanku meskipun si tokoh utama berakhir meninggal tapi orang-orang terdekatnya bisa bahagia, entah dengan cara yang bagaimana, jadi ada unsur happy-endingnya gitu. Dan tentu saja, endingnya harus memotivasi, memberi pesan/amanat, ga cuma sekedar sedih atau bahagia aja tapi ada pesan yang disampaikan penulis melalui lembar terakhir novel yang ditulisnya.
Nama : Windy Agustin
Kota : Lamongan
Email : windyagsutin8@gmail.com
Twitter : @windyagustin8
Kebanyakan sick-lit endinya sad. Tapi saya pengin novel ini punya ending yang berbeda, yang ngga terduga, yang ngga gampang ditebak, yang bisa bikin pembaca berwah-wahria. Iya, yang seperti itu.
BalasHapusNama : Lin Ulfah Minnati
Kota : Cirebon
Email : paulleyn.paul8@gmail.com
Twitter : @eubbbeeeee
Nama: Ainil Azra M
BalasHapusKota: Makassar
Email: ainil_azra@yahoo.com
Twitter: @ainilazra
Jujur saya termasuk pmbaca yang happy-ending-lovers. solnya agak malu2in juga kalo misalnya baca buku sad ending a.k.a bikin nangis daan saya bacanya di depan umum. selain itu sad ending juga membuat saya susah tidur, menebak-nebak bagaimana jika si anu ga mati, bagaimana jika si itu gak bunuh diri ya pokoknya gitulah.
tapi, kalo dilihat dari cover dan judulnya yang sudah mendayu-dayu banget, so pasti endingnya sedih. apalagi, kalo kanker.. jarang sekali ada yang mempunyai ending yang bahagia. ya, tentu saja kanker dengan ending yang bahagia itu agak aneh dan drama abis.
tapi,
tapi menurut saya.. ending yang tidak terduga, justru menjadi daya tarik tersendiri. sebagaimana cerdas si penulis untuk meramu dan membuat alur cerita yang berbeda, fresh dan tidak itu-itu saja. yah, begitulah ekspetasi saya.
Nama : Arum Okta Sukarta
BalasHapusKota : Mojokerto
Email : arum.okta12@gmail.com
Twitter : @okta_s3233pm
Menurutku Novel dg Genre Sicklit sangat sulit berakhir Happy, tpi aku masih berharap bahwa novel ini bisa berakhir bahagia misalnya saja di akhir cerita tdk berakhir kematian tp justru si tokoh utama mendapatkan kesembuhan atas penyakitnya setelah perjuangan dan doa yg selalu dilakukannya. Sehingga Ia pun bisa melanjutkan hidup yg bahagia bersama" org yg dicintainya
harapannya adalah sebuah akhir dengan penerimaan dan pemahaman hidup. banyak yang terjebak pada akhir happy atau sad end. tapi kadang esensinya dari novel2 seperti ini malah terlupakan, penerimaan dan harapan serta kehidupan yang lebih bermakna,,,saya cendrung nggak terlalu banyak berharap dia kembali sehat, kadang yang di buat sick-lit kan emang si tokoh uda ada di garis idup dan matinya.. dan disaat terakhir ini lah pesan moral kehidupan di tuangkan, jadi sembuh atau mati itu hanya penulis yang berhak menentukan. asal nggak twist aja yang penting. hehe
BalasHapusnama: ana indriyani
kota :yogyakarta
email :ai_ana@ymail.com
twt :@anaindriyani
Nama : Noelade Ratri Hananugraha
BalasHapusKota : Surakarta
Email : noeladehananugraha@yahoo.com
Twitter : @NoeladeRatr
Ending cerita yang kuinginkan adalah tetap sad ending. Tapi sedikit diceritakan lagi bagaimana sikap si "orang yang ditinggalkan" setelah kematian si tokoh yang meninggal. Apakah dia jadi terpuruk? senang? atau apalah itu. Dan aku ingin ending yang berkesan. Ending yang berhasil membuatku menangis dan mendapatkan "sesuatu" yang lain dari novel lainnya :D
Nama: Dea Widyaastuti
BalasHapusTwitter: @dea_widya834
Email: deawidyaastuti@gmail.com
Salam kenal Kak, ikutan GAnya ya.
Untuk cerita bertema sick-lit aku mengharapkan sad ending. Soalnya akhir yang tragis ataupun menyedihkan, dapat menyadarkan bahwa hidup selalu berputar kadang diatas kadang dibawah, kadang sedih kadang seneng. Dengan ending cerita, tokoh utama akhirnya menghadap Sang Pencipta setelah berjuang keras untuk hidup juga membuatku lebih memaknai arti hidup dan mensyukurinya. Ending seperti ini juga mengingatkanku akan mati. Ternyata kematian sangat dekat, bahkan didepan mata, kehadirannya tak bisa dielakkan karena pasti akan kita hadapi. Entah kapan, dimana, bagaimana kita tak tahu. Namun, dengan mengingat mati kita bisa menjadi manusia yang lebih baik, senantiasa berbuat baik dan memperbanyak ibadah kepada-Nya sebagai bekal di akhirat. Kita juga tersadar bahwa kita harusmemanfaatkan waktu yang sempit ini dengan usaha dan kerja keras agar tidak menyesal dibelakang. Intinya, sick-lit dengan sad ending dapat membawa emosi dan memori kita untuk bersatu menuju manusia yang lebih baik lagi.
Nice review kakak, moga blog tournya sukses dan kapan2 diadakan lagi. Terima kasih kakak karena sudah menjadi perantara buatku untuk mengikuti GA dari penerbit Haru.
@auliaaRatri
BalasHapusaulian_rhatri@ymail.com
ending-nya jangan dipaksa. kalau emang penyakit yang diderita si tokoh nggak bisa disembuhkan yah jangan dibuat-buat seolah ada keajaiban bisa sembuh sendiri. antara sick-lit dan sad ending itu menurutku udah jadi formula yang nggak bisa dipisahkan, jadi yah biar ja pembaca dibuat nangis, justru penulis udah berhasil membuat pembaca menghayati isi ceritanya
Nama: Amelia Aura
BalasHapusKota asal: Jakarta
Email: ameliaura66@gmail.com
Twitter: @meliarawr
Bittersweet ending. Jadi si pemeran utama akhirnya sembuh (dengan penjelasan yang masuk akal pastinya) tetapi dia punya kelemahan yang fatal. Misalnya, kalau dia terkena kanker otak, pas sembuh sebagian memorinya jadi hilang. Ah, atau kalau kerasa sinetron, si tokoh utama agak oon dan akibatnya dia dijauhi teman-temannya. Tapi pacarnya malah makin sayang sama tokoh utama itu. Atau yang lain, pokoknya yang endingnya berbau asem-manis, kalau bisa gantung kukasih 5 bintang! (Asal greget)
Mbak, ikutan yaa... ^_^
BalasHapusPengennya sih yang endingnya sedih gitu, tapi nge-twist. Susah ditebak-tebak dari awal dan tiap akhir bab memaksa pembaca untuk selalu bertanya 'gimana nih kisah selanjutnya'. Jadi inti cerita tersebut tersampaikan dan nggak bikin bosen.
Lebih milih sad-ending karena lebih ngena aja di pikiran.
Nama : Neni S
Asal Kota : Semarang, Jawa Tengah
Email : nh3_n1e@yahoo.co.id
Twitter : @nhenie
Hmmm, kalo menentukan ending itu ada baiknya yang happy ending. Agar ada kisah mengharukannya. D mana ad duka di situ pula ada kebahagiaan yg tersirat.
BalasHapusNama : chintya ririn
Twitter : @ririnkgs
Email : chintyaririn2@gmail.com
Untuk ending di sebuah cerita sick-lit, aku pikir aku suka akhir yang sad ending, banyak di antara buku yang udah aku baca kebanyakkan berakhir happy ending. Menurutku, jalan cerita sick-lit memang harus ditakdirkan sad ending, kalaupun tidak ya biasanya ada bagian akhir dimana sang tokoh utama meninggal, dan tokoh lainnya merasa kehilangan tapi tetap bangga, ya begitulah~
BalasHapusAsy-syifaa Halimatu Sadiah
@asysyifaahs
asysyifaahs@yahoo.com
Nama: Anita Rifa'atul Sidiqqa
BalasHapusKota Asal: Cianjur, Jawa Barat
Email: anita.sidiqqa1213@gmail.com
Twitter: @haloohan
Follow blog via Bloglovin
Jawaban:
Akhir kisah yang Anita inginkan dari novel bergenre sick-lit tergantung dari seberapa parah keadaan sang tokoh utamanya. Jika penyakit itu masih mungkin untuk disembuhkan lebih baik dibuat happy ending. Itu menekankan pernyataan bahwa kita harus semangat menjalani hidup dan jangan putus asa atas apapun yang terjadi. Dan sebaliknya, jika sang tokoh utama mengalami penyakit yang sudah parah, akhir cerita harus sad ending dengan tokoh utama yang meninggal. Itu akan terkesan nyata dan cerita akan terasa hidup.