Judul: Priceless Moment
Penulis: Prisca Primasari
Penerbit: Gagas Media
Genre: Fiksi, Romance
Jumlah Halaman: 304 halaman
Tahun Terbit: 2014
ISBN: 979780738X
"Ich liebe Dich so sehr,"
-Yanuar-
"Bapak tahu kalau masing-masing musik punya efek suasana tertentu, sama seperti buku?"
-Lieselotte-
Kehilangan seseorang yang amat dicintai menimbulkan kesedihan yang mendalam. Terkadang bila kita terpuruk ke dalam kesedihan terus menerus, tak jarang malah menimbulkan trauma untuk kehilangan kembali. Kurang lebih seperti itulah perasaan Yanuar saat ditinggalkan pergi oleh istrinya, Esther. Setiap kali ia melihat dapur, kamar tidur, seprai, dan anak-anaknya (Hafsha dan Feru) membuat Yanuar akan mengingat Esther dan segala kenangannya. Yanuar mulai tersadar bahwa apa yang tertinggal darinya dan Esther hanya kenangan. Masalah ke depannya adalah bagaimana ia harus mengasuh kedua anak-anaknya. Hafsha atau Acha merupakan anak perempuan Yanuar sedangkan Feru, adik Hafsha. Keduanya masih kecil dan belum mengerti betul tentang kehilangan. Namun, bagi mereka kehilangan sosok ayah yang masih berada di sisi mereka yang lebih mereka rasakan. Sehingga tiap kali mereka ingin sesuatu bukan pada ayahnya mereka meminta tapi pada Wira, sang paman. Kerap kali Wira berceloteh pada Yanuar yang dingin,
Sekali-kali tidurlah lebih awal, Yan. Sekali-kali boloslah. Sekali-kali, nikmatilah hidup. Sekali-kali, berhentilah jadi robot.Sekali-kali, bersikap hangatlah kepada anak-anakmu.
Setelah perginya Esther Yanuar mulai mencoba menjalin hubungan layaknya ayah dan anak serta mencoba menebus segala kenangan yang harusnya dimiliki Hafsha dan Feru. Saat itu juga muncul Lieselotte (baca: Li-se-lo-te) yang menarik Yanuar dengan segala pemikiran idealis Eichendorff dan Schumann. Lieselotte juga punya kisah tersendiri dengan ayahnya. Ya, secara umum inilah kisah anak dan orang tua. Baca kesederhanaan dengan makna mendalamnya di Priceless Moment^^
Source: here edited by me
Buku ini membawa kisah yang heartwarming. Mengajak pembaca menyelami perasaan kehilangan Yanuar terhadap Esther dan kesempatan. Rasa sesal Yanuar terhadap sikapnya di masa lalu yang cenderung cuek terhadap keluarga dan tipe pekerja keras di kantor. Kebalikan dengan sikap Yanuar, muncul tokoh ayah Lieselotte yang sangat mencintai keluarganya dan selalu siap sedia untuk keluarga. Penulis apik membawa alur. Tidak tetiba berubah alur cerita. Ibaratnya naik mobil, tidak langsung terlonjak keras saat ban mobil menabrak gundukan batu dengan kecepatan tinggi. Tapi slow. Kesan pertama terhadap buku ini adalah kesederhanaannya. Tema tentang kehilangan sudah sering diangkat. Tentang suami yang kehilangan isterinya dan ayah yang kehilangan kepercayaan terhadap anak-anaknya. Kesederhanaan tema, penulis buat menjadi alur cerita yang apik dan tidak tergesa-gesa. Deskripsi dari setting juga dijabarkan dengan "don't tell just show" yang cukup baik. Seperti saat Yanuar memandang dapur yang ditinggalkan Esther,
Dia memandang sekeliling. Pada interior berwarna jingga lembut di dapur. Pada wadah gula putih-biru dengan corak poci-poci komikal. Panci-panci beraneka warna tergantung di dinding, dari kecil hingga besar-sebuah penataan yang menurut Esther terinspirasi film lama. Kaleng-kaleng vintage pastel berjajar di rak, mungkin dibeli Esther di toko seconhand, karena tepi-tepinya mengelupas hingga menampilkan warna karat. Lemari pantri terbuka, menguarkan aroma campuran bubuk cokelat dan rempah-rempah.
Mungkin karena sosok Esther yang telah pergi, jadi sisi Esther ini kurang terasa. Esther yang diceritakan hanya dari sudut Yanuar. Tak ada Esther dari sisi lain. Seperti dari Ibunya atau Wira. Kesannya buku ini jadi personal, karena memang menguak lebih dalam perasaan Yanuar (Lieselotte?) saja. Kekhasan penulis terletak pada kisah fairy tale dan nuansa eropa yang kerap kali penulis tambahkan dalam cerita. Novel sebelumnya seperti Eclair dan Kastil Es & Air Mancur yang Berdansa membawa setting dari luar negeri, khususnya Eropa. Kenapa 4 bintang? Mungkin karena ekspektasi awal saya yang tidak terlalu berharap bakal disuguhi kisah yang cukup membuat membuat terharu ini. Porsi cerita yang lebih banyak penulis simpan di hubungan antara Yanuar dan anak-anaknya ini membuat saya tertarik. Awalnya saya kira hanya akan disuguhi kisah cinta Yanuar setelah Esther meninggal, tapi ternyata tidak. Hubungan ayah-anak ini yang menarik. Terkadang orang tua sulit mengekspresikan rasa sayang mereka terhadap anak. Mereka sayang dan cinta terhadap anak-anak mereka sehingga menempatkannya di urutan terpenting. Tapi terkadang sulit untuk mereka mengekspresikan pada anak-anaknya sehingga cenderung anak akan menjaga jarak dengan orang tua. Hubungan yang dikupas penulis benar-benar menimbulkan efek hangat di hati. Thanks, mbak Prisca ^^.
Keep reading for rest of your life :)
Rating: 4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar