Rabu, 18 Februari 2015

Lukisan Hujan

Judul: Lukisan Hujan (Hanafiah #1)
Penulis: Sitta Karina
Penerbit: Literati
Cetakan: Pertama (Februari 2015)
Jumlah Halaman: 546 halaman
Tahun Terbit: 2015 oleh Literati (2004 pertama kali terbit)
ISBN: 9786028740425
Genre: Fiksi, Contemporary Romance 
Format: Paperback 

 "Gue punya sepupu-sepupu yang menakjubkan. Berdiri di sebelah mereka ngebuat gue merasa bukan apa-apa sehingga gue berusaha keras menjadi sesuatu. Tapi, kadang gue lelah... dan ingin seperti ini saja. Kadang, lebih baik jadi diri kita apa adanya"
-Diaz- 

"Diaz baik sekali..."
"Nggak salah kamu jadi hujanku. Dingin dan sedih seperti hujan..."
-Sisy-

Diaz Syailendra Hanafiah belum dapat move on dari kekasih terdahulunya, Anggia. Bukan hal yang aneh memang jika Diaz sakit hati dan susah move on gegara Anggia selingkuh dan ketahuan selingkuh di hadapan Diaz dan kedua sepupunya, Reno dan Nara. Hal ini bagi Diaz yang dingin dan tertutup juga susah untuk jatuh cinta, tentu menimbulkan sakit hati yang cukup dalam. Oleh karenanya saat para geng Bintaro Lakeside, Igo, Aj, Aska, Aga, Fey, heboh dengan kedatangan penghuni baru Bintaro Lakeside yang digadang-gadang bagaikan bidadari, Diaz tetap kalem. Akibat Sisy ini geng Bintaro Lakeside heboh. Alasannya,

"Kompleks kita 'kan udah garing, nih. Kekurangan cewek. Jadi, ada sentuhan anak SMA sedikit pastinya seru."
Bagi Diaz sendiri hal ini tidak terlalu membuatnya tertarik. Ia bukan tipe orang yang mudah menyukai seseorang. Bahkan temannya sendiri menganggap cuek dan pendiamnya Diaz bisa membuat cewek susah menebak apa yang ia mau.
"Heh, Nyong! Elo ganteng, sih, ganteng, cuma kalau gagu mulu, cewek mana tau apa mau elo? Emang dia cuma ngeliatin muka elo doang?."
Meskipun tak tertarik dengan Sisy-Sisy ini justru Diaz bertemu dengannya secara tak sengaja melalui kecelakaan. Saat mobil yang dikendarai Sisy tidak sengaja akan menabrak mobil Diaz. Sontak Diaz yang kaget tentu saja marah pada ulah Sisy. Hal ini sebelum ia mengetahui bahwa cewek yang mau menabraknya adalah Sisy. Di sana Diaz mengakui bahwa Sisy memang manis seperti bidadari seperti yang telah kawan-kawannya ceritakan. 
"Jadi, ini si bidadari yang diributin anak-anak. Namanya sesuai dengan tampangnya."
Kebetulan berlanjut saat Diaz akhirnya tahu bahwa Sisy, Adrianna Sistania Iswandaryo, anak SMA yang mirip bidadari ini ternyata tinggal di sebelah rumah Diaz dan mengaharapkan memiliki kakak laki-laki yang telah meninggal. Alhasil, Diaz menawarkan hubungan kakak-adik diantara mereka. Semua orang tidak percaya Diaz hanya memiliki hubungan kaka-adik. Biasanya hal ini hanya dipakai modus untuk mendekati cewek. Sehingga perlu beberapa penjelasan sampai semua orang memahami hubungan mereka. tapi yang tidak diantisipasi Diaz adalah kemungkinan dirinya yang jatuh cinta pada sosok Sisy. 
"Cinta adalah perasaan, dan perasaan nggak bisa diatur. Pada akhirnya, itu akan tumbuh dengan sendirinya, langsung maupun berdasarkan kumulasi interaksi keduanya."

Pertama, saya suka dengan karya Sitta Karina karena selalu memunculkan ide yang berbeda di tiap novelnya. Kadang dari novelnya, saya menemukan istilah dan pengetahuan baru. Kedua, novel-novel Sitta Karina khususnya seri Hanafiah yang mengenalkan saya pada novel romance. Karena dulu sekali, saya lebih banyak membaca novel misteri. Tapi melalui buku karya Sitta akhirnya saya berkenalan dengan novel romance lainnya. Ketiga, buku apapun pasti dapat dinilai dari dua sisi umum, bagian "serunya" dan "sayangnya" (if you know what i mean). 
Buku Hanafiah pertama yang memulai kisah klan Hanafiah adalah Lukisan Hujan. Tahun 2004 buku ini pernah terbit di bawah penerbit Terrant Books. Kemudian oleh penulis novel ini ditulis kembali/diregenerasi selama setahun, dan diterbitkan kembali tahun ini di bawah Literati. Secara umum Lukisan hujan bertema cinta beda kasta (oke...oke... nggak ada yang namanya kasta dalam cinta, kan? tapi untuk beberapa orang bilang, bahwa jatuh cinta harus lihat bibit, bebet, dan bobot) antara Diaz dan Sisy. Sebenarnya, tidak jadi masalah Diaz menyukai Sisy, toh Diaz meski memiliki nama belakang Hanafiah, tetap saja kehidupannya tidak semewah para sepupu Hanafiah. Tapi berbeda dengan anggapan orang-orang, "harusnya Diaz jadian sama orang yang sekelas dengannya". Hal ini yang menimbulkan konflik di Lukisan Hujan. Selain itu, Diaz masih belum bisa move on dari cintanya terhadap Anggia, ini juga yang menimbulkan masalah utama bagi hubungan Diaz dan Sisy.
Karakter Diaz adalah tipikal laki-laki dingin dan tertutup. Tapi memiliki rasa setia kawan yang tinggi. 
"Satu hal yang pasti, walau tidak banyak bicara, geng nongkrong ini tahu bahwa Diaz memiliki rasa solidaritas tinggi. Ia hidup dengan prinsip listening is more than not talking; diamnya bukan berarti ia tidak paham situasi dan tak mampu berbuat apa-apa. Ia bergerak apabila memang diperlukan, sesuai kebutuhan, dan yang pasti, keinginannya." 
Bila dianalisis dari latar belakangnya, karakter Diaz yang seperti itu muncul dari pengaruh keluarganya. Diaz dikelilingi sepupu yang kaya-raya dan sering jadi bahan sorotan publik. Mungkin hal ini yang menyebabkan ia tertutup, karena dirinya tak hidup semewah itu. Tapi di sisi lain Diaz memiliki Ayah yang mengajarkan "prinsip cukup tanpa harus mewah", membuat Diaz tertutup tapi tak rendah diri. Selain itu, kekompakkannya dengan para sepupu Hanafiah juga yang membuatnya memiliki solidaritas tinggi diantara teman sekomplek Diaz. Karena Diaz secara tidak langsung memiliki darah Meksiko dan Spanyol dari sang nenek, ia memiliki perawakan tinggi dengan wajah ganteng campuran latin. Sisy adalah tokoh utama wanita di Lukisan Hujan. Ia digambarkan memiliki perawakan mungil seperti peri dengan rambut panjang. Sisy memiliki karakter yang lembut, cute, dan tidak bisa bilang "tidak" pada setiap orang. Pintar memasak dan menyukai hujan. Kebetulan atau tidak, setiap ada Sisy di sana ada hujan. Ngomong-ngomong tentang Sisy, ada yang aneh di Lukisan Hujan versi baru. Setahu saya dulu saat membaca Lukisan Hujan, Sisy tidak menyukai kopi (cmiiw). Jika membaca Putri Hujan dan Ksatria Malam, baru ditemukan sosok Sisy yang menyukai kopi akibat rasa kecewanya terhadap Diaz. Tapi di Lukisan Hujan baru, Sisy bukan tidak menyukai kopi, tapi "tidak terlalu" menyukai kopi. 
"Aku sebenarnya nggak terlalu suka kopi, Yaz. Secangkir penuh bisa bikin maag."  
Ada juga scene yang rada gak logis terkait karakter Sisy yang tidak bisa bilang "tidak". Suatu ketika Tedy, teman dekat Sisy, mengajaknya clubbing. Sisy yang tidak bisa bilang "tidak" sebenarnya tidak menyukai dan tidak pernah clubbing, tapi karena sifatnya ia bilang nanti saja setelah ujian selesai. 
"Eh, tapi sebentar lagi pekan ulangan selesai. Mungkin abis itu kita bisa jalan-jalan-nyobain clubbing, mungkin?" (Pg.12)
Lalu, setelahnya ada scene Tedy datang ke rumah Sisy untuk menagih janjinya,
"Halo, Sy."..."Clubbing hari ini? Udah janji, lho." (Pg.31)
Oke, sampai di sini gak jadi masalah, Sisy menolak dan Tedy marah. Yang aneh saat Sisy diajak clubbing oleh Igo, Sisy mempertanyakan kembali (dan seolah-olah lupa) janji Tedy yang mengajak dirinya clubbing. Padahal di scene sebelumnya kan Tedy sudah mengajak dan Sisy menolak. 
"Sisy masih memandangi Igo, bingung sekaligus tak yakin. Sobat Diaz ini mengajaknya pergi pada Jumat malam, hari yang sama Pekan Ulangan di sekolah selesai dan ia berjanji akan pergi clubbing bersama Tedy. Namun, sampai kini Tedy tidak juga meberi kabar perihal rencana tersebut. Mungkin Tedy sudah punya rencana lain. Seperti yang Tyonna dan Kania bilang, belakangan Tedy lagi sering pamerin foto sahabat ceweknya yang baru balik dari Michigan. Mungkin. (Pg.57)
Aneh? 
Lukisan Hujan secara umum memiliki alur maju dengan gaya bercerita penulis yang mengalir. Bahasa yang digunakan adalah campuran antara "gue-lo" dan "aku-kamu" diantara tokoh-tokohnya. Diambil dari sudut pandang orang ketiga baik dari sisi Diaz, Sisy, ataupun tokoh lainnya. Rasanya, saat saya membaca bagian awal Lukisan Hujan agak tersendat dengan banyaknya penjelasan dari tokoh-tokoh. Seperti karakter Diaz yang begini-begitu, hal ini yang menurut saya membuat Lukisan Hujan kurang smooth dalam bercerita. Saya baru dapat menghalau rasa tersendat dan merasa ceritanya mengalir setelah Sisy dan Diaz jadian. Dan kembali merasa tersendat menuju bagian akhir. (Atau mungkin karena saya sudah terlalu lama tak membaca karya Sitta Karina, jadi tak terbiasa dengan gaya penulisan seperti ini?). Hal lainnya yang membuat tersendat adalah penggunaan kata "apabila" yang banyak sekali di buku ini. Saya kurang mengerti mengapa tidak menggunakan kata "jika" ? Padahal konteks ceritanya (yang menurut saya) akan lebih mulus jika memakai "jika". Sebagai contoh,
"Pastinya, nanti akan jadi rumit apabila tambah satu orang lagi mengetahui dugaannya tentang keterkaitan Nara pada malam Relic Ball " (Pg.440)
 Bagaimana bila "apabila ini diganti dengan "jika",
"Pastinya, nanti akan jadi rumit jika tambah satu orang lagi mengetahui dugaannya tentang keterkaitan Nara pada malam Relic Ball "
Oke yang ini mungkin tidak terlalu aneh. Bagaimana jika bagian ini,
"Fey tampak frustasi, bingung harus seperti apa mendeskripsikan sesuatu yang dinilainya jauh dari kebohongan. Apabila Diaz menginginkan kejujuran, inilah bentuk kejujuran yang dimilikinya."(Pg.441)

"Fey tampak frustasi, bingung harus seperti apa mendeskripsikan sesuatu yang dinilainya jauh dari kebohongan. Jika Diaz menginginkan kejujuran, inilah bentuk kejujuran yang dimilikinya." 
Dan banyak "apabila" lainnya. 

Apa yang baru?
1. Seperti yang telah dikabarkan penulis beberapa waktu lalu, bahwa di Lukisan Hujan versi baru akan ada cukup penjelasan mengenai Sword Tears. Memang ada penjelasan yang terkait dengan benda satu ini yang cukup melegenda di kisah Hanafiah. Sayangnya masih lebih banyak teka-teki lagi akibat penjelasan ini. Untuk menghindari spoiler, intinya bakal agak bertubrukan anggapan pembaca tentang bagaimana Nara mendapatkan Sword Tears ini di buku Lukisan Hujan bila nanti membaca Putri Hujan dan Ksatria Malam. 
2. Tidak ada ilustrasi seperti di buku terdahulu. Lukisan Hujan versi baru seluruhnya berisi kata-kata.
3. Lebih banyak sepupu Hanafiah berseliweran di Lukisan Hujan ini. Bahkan ada sosok Ted Hanafiah, meskipun cuman muncul sekali.
4. Banyak penjelasan/istilah makanan dan fashion. Untuk brand-brand agaknya tidak banyak disebutkan.

At last but not least, saya tetap suka dengan cerita klan Hanafiah. Dan karena Lukisan Hujan ini adalah starter dari kisah lainnya, saya membaca buku setebal 546 halaman dengan enjoy. Tidak terbebani dengan ekspektasi yang tinggi-tinggi. Jika ditanya siapa tokoh favorit di klan Hanafiah? Tentu saja jawabannya adalah Carlo Andara hanafiah (Nara) dan Austin taura Hanafiah (Austin) meskipun untuk Austin di Titanium menurunkan beberapa bintang untuk dirinya dari saya. Konon di tahun 2004 buku Lukisan Hujan ini membawa nuansa segar bagi dunia perbukuan Indonesia. Dengan tema keluarga sosialita dan romance, buku ini bisa dibaca pada waktu santai.

P.S: Terima kasih untuk Soraya NurFitria dan Nurul Huda yang sudah memberi hadiah buku ini. Love you, guys! :)

Keep reading for rest of your life :)

Rating: 3/5 



4 komentar: