Judul: Cafe Waiting Love
Penulis: Giddens Ko
Penerbit:Haru
Cetakan: Pertama
Jumlah Halaman: 404 halaman
Tahun Terbit: 2016
ISBN: 9786027742703
Genre: Fiksi, Young Adult
Format: Paperback
Sejak awal kehidupan, setiap orang sudah ditakdirkan untuk bertemu dengan seseorang di suatu tempat. Bagiku, suatu tempat itu mungkin adalah di sini.
-Siying-
Kau jangan tergesa-gesa, tunggulah pelan-pelan. Emas murni tidak takut ditempa dengan api. Cinta tidak takut menunggu.
-A Tuo-
Bagi Li Siying, seorang siswi SMA kelas 3 di SMA Putri Hsinchu, menjadi seorang siswi kelas 3 umumnya yang pulang sekolah akan berangkat les, lalu di tempat les saling berkirim memo satu sama lain atau ngendon di warung internet untuk bermain game online, bukanlah kegiatan yang menyenangkan. Bagi Siying justeru bekerja sambilan adalah kegiatan yang menarik,
Sampai sekarang aku masih berpandangan bahwa kehidupan yang seperti saat ini sangatlah terencana, juga penuh gairah masa muda.
Oleh karena prinsip tersebut, ia amat sangat senang bekerja sambilan di sebuah kafe, Cafe Waiting Love. Kafe yang menyediakan kopi dan terletak di depan Universitas Nasional Tsing Hua. Di kafe ini bukan hanya ada Siying seorang, ada juga Albus seorang pekerja senior. Albus dapat dianggap sebagai barista juga bila menilai kelihaiannya meracik kopi dengan berbagai cara, bahan, dan resep. Bahkan, bila ada pelanggan iseng seperti Raja Sembarang Pesan yang seringkali meminta kopi yang aneh. Sebut saja ia pernah meminta Kopi Luak Sumatra. Padahal ia tahu bahwa kafe kecil layaknya Cafe Waiting Love tak mungkin dipasok barang mahal seperti kopi luak. Albus dengan pintarnya menawarkan Kopi Luak yang berasal dari kotoran kucing milik kafe yang kebetulan bernama Sumatra xD.
Sumatra ini baru akan buang air besar kira-kira tiga puluh menit lagi. Ditambah waktu untuk menyangrai kotorannya, tiga puluh menit juga. Lalu untuk menyeduhnya butuh waktu sepuluh menit. Totalnya satu jam sepuluh menit. Apakah Anda mau menunggu?
Lain hari ada anak SMA yang memesan kopi Tapak Duka Nestapa layaknya di film dan kali ini pun Albus kembali menyuguhkan sesuai keinginan mereka. Ia menyuguhkan kopi dengan campuran bawang bombai yang dapat menginterpretasikan duka. Begitulah Albus. Lain Albus, lain juga Nyonya Bos pemilik kafe. Nyonya Bos ini seringkali membuat resep sendiri. Uniknya resep ini selalu ia buat setiap hari dan hanya ada dalam jumlah terbatas perharinya. Belum lagi bonus dari membeli kopi racikan Nyonya Bos, yaitu bisa mengobrol bebas dengannya sampai kopi tersebut habis. Nyonya Bos juga dikenal dengan kegiatan mengisi waktu luangnya yang unik seperti membuat kue jahe dan menata beras.
Bagi Siying bukan hanya pengetahuan meracik kopi yang ia dapat, tapi ia juga bisa memperoleh kenangan tentang menyukai seseorang selama hidupnya. Di kafe tersebut ia bertemu Zeyu, seorang mahasiswa jurusan informatika yang Siying sukai. Bahkan ia menyukainya hingga ia masuk kuliah di tempat yang sama dengan Zeyu hanya memperluas peluangnya bertemu Zeyu. Ada lagi A Tuo, laki-laki yang memiliki sejarah kurang harmonis dengan Albus. Ia juga pelanggan Cafe Waiting Love setelah diselamatkan oleh Siying. Seluruh kisah cinta orang-orang ini akan berkesan seumur hidup mereka dan semuanya bermula dan berhubungan dengan Cafe Waiting Love.
Kali kedua aku membaca karya Giddens Ko setelah You Are the Apple of My Eye (YAtAoME). Aku selalu terkesan dengan karyanya yang selalu menyuguhkan kisah cinta dan persahabatan yang manis. Cafe Waiting Love berkisah tentang cinta yang terjadi karena terbiasa juga sebuah kisah yang menunjukkan perjalanan untuk menemukan cinta yang sesungguhnya bagi Siying dan tokoh lainnya. Ya, siapa yang tidak tahu bahwa kadang cinta memang datang karena terbiasa dan kita tak pernah menyadari bahwa mungkin justeru orang yang sudah kita memang anggap "biasa" di hidup kita adalah orang yang spesial.
Giddens Ko juga menyuguhkan tokoh-tokoh dengan karakter unik di buku ini. Mulai dari tokoh Siying (Si dari rindu, Ying dari kunang-kunang) sendiri yang menurutku dewasa dengan telah memahami bahwa pengalaman di luar sekolah juga penting bagi kehidupan, ada juga tokoh Albus yang dingin, blak-blakkan, dan jago membuat kopi. Dan Albus ini adalah nama yang ia ambil dari tokoh Albus Dumbledore di Harry Potter,
Albus adalah nama panggilan dari teman lesbian yang pertama kukenal dalam hidupku. Nama itu diambilnya dari nama kepala sekolah sihir dalam novel Harry Potter.
Lalu ada tokoh Zeyu yang dianggap sebagai cowok pintar karena masuk klub debat dan seringkali membuat Siying jatuh hati dengan pesanan kopi Kenya. Ada A Tuo si mahasiswa dengan kepribadian baik dan berteman dengan orang-orang unik. A Tuo tidak pernah marah jika teman-temannya mengolok-oloknya dengan kejadian masa lalu A Tuo, justeru ia akan diam, malu, dan melupakan hal itu. Di balik ketidakberaniannya, A Tuo memang sosok menarik. ia memiliki teman-teman unik. Sebut saja Bibi Pisau Emas yang memiliki keahlian masak setara chef hebat tapi hanya bekerja sebagai penatu. Juga ada shaolin bernama Kepala Besi yang memiliki hobi menyanyi. Abang Bao, si gangster yang hobi menonton dan justeru sering terharu karena film yan ia tonton. Tak sesuai dengan tato dan wajah sangar yang ia miliki. Dan masih banyak tokoh lain yang menarik dari kisah ini.
Karena setting utama kisah ini di kafe kopi, banyak istilah yang berhubungan dengan kopi yang sering disebut. Dari mulai jenis-jenis kopi seperti kopi luak, kopi sumatra, kopi yukon kopi sulawesi, kopi kenya, Italian Rost. Ada juga istilah minuman kopi biasa seperti latte, Gold Coast Blend, Verona Blend, sampai kopi yang dinamai aneh seperti kopi Tapak Duka tadi. Ada lagi istilah penyeduh kopi seperti french press, drip brewer, moka pot, sampai mesin espresso.
Meskipun Giddens Ko sendiri adalah seorang laki-laki, tapi ia berhasil membawakan sudut pandang wanita dengan baik. POV di Cafe Waiting Love menggunakan orang pertama tunggal, aku. Susunan laur juga tidak terlalu terburu-buru dengan alur maju yang tidak kentara ketergesaannya. Sebutlah ini kisah Siying dari masa akhir SMA di tahun 2000 sampai ia lulus kuliah. Dan hal ini dituangkan penulis dengan lancar dalam 404 halaman, tanpa (terasa) terburu-buru. Eksekusi klimaks dan akhir cerita juga manis dan membuat puas pembaca. Setiap bab juga mengisahkan kadang satu tokoh dari buku ini, tapi tidak terlihat sebagai bagian terpisah, justeru menjadi kisah penyokong dari tokoh Siying. Cukup banyak kesamaan novel ini dengan YAtAoME atau mungkin kekhasannya Giddens Ko, tapi meskipun memiliki kesamaan (kekhasan?) tetap ada sesuatu yang baru dari novel ini.
Menurutku, banyak kisah mutiara (atau kutipan) kehidupan yang bisa diambil dari Cafe Waiting Love. Banyak banget!.
Kemudian jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, masalah siapa duduk berebelahan dengan siapa itu bukankah sudah diputuskan sebelum pertanyaan ini terbentuk?
Kejadian memalukan sebenarnya bisa dialami oleh siapa saja. Tapi, ada saja orang yan akan terus mengingat kenangan yang tidak menyenangkan itu, kemudian menertawainya. Ini adalah perilaku yang sangat kejam.Jadi, aku tidak boleh menjadi orang yang kejam itu.
Antara secangkir kopi dengan seseorang, tentu saja ada sedikit hubungan
Soal 'bersama' itu lebih gampang, ujianlah yang lebih sulit. Ujian ada nilainya, tapi masalah 'bersama' tidak mengenal nilai. ... Karena tidak ada nilai, maka t idak perlu pembuktian.
Cinta itu tidak membicarakan perasaan bersalah
Dan masih banyak lagi. Sedikit banyak juga novel ini mengingatkanku dengan Filosofi Kopi-nya Dee, karena tokoh Siying sempat membahas filosofi dan menggolongkan sifat seseorang dengan kopi pilihannya. Well, novel ini masuk jadi novel pertama yang menjadi favoritku tahun ini. Giddens Ko, xie xie!
Keep reading for rest of your life :)
Rating: 5/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar