Judul: Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa
Penulis: Maggie Tiojakin
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: Fiksi
Jumlah Halaman: 241 halaman
Tahun Terbit: 2013
ISBN 13: 9789792296167
SELAMAT, ANDA
TERSESAT!
Tarik napas.
Tahan.
Pikirkan hal-hal yang
paling Anda syukuri.
Bayangkan perjalanan
jauh Anda dari rumah.
Tahan.
Jika Anda bisa
menemukan jalan keluar,
Apa yang akan Anda
lakukan?
Tahan.
Berdoalah.
Gantungkan harapan setinggi-tingginya.
Tahan.
Tenang Anda belum
mati.
Lihat sekeliling
Anda, perhatikan.
Sesak?
Jangan khawatir, pada
titik ini seharusnya
Anda sadar: semua
orang tersesat.
Sekarang lepaskan
napas Anda.
Dan ambillah langkah
pertama menuju
Petualangan baru.
Semoga suatu saat
Anda bisa menemukan
Jalan pulang, atau
kalau tidak—
Teruslah melangkah
Itulah untaian
kalimat yang penulis sampaikan di bagian belakang buku. Menggugah dan berkesan
mengajak pada petualangan yang hebat penuh misteri. Dan saya akui buku ini memang penuh misteri dan membuat greget pembacanya ^^.
Well, Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa (SKTLA) adalah buku kumpulan cerita karya Maggie Tiojakin. Terdiri atas 14 cerita pendek (cerpen) dan 5 cerpen bonus berbahasa Inggris. SKTLA sendiri diambil dari salah satu judul cerpen yang ada di buku ini. Dari keseluruhan cerpen yang ada, yang berkesan dan bikin greget untuk saya adalah Fatima, Kota Abu-Abu, dies irae dies illa, dan Saksi Mata
Fatima mengisahkan aksi Pinot si prajurit andal dalam memasuki tempat musuh. Ditemani sekretaris eksekutif bernama Fatima dengan penuh percaya diri, Pinot menerjang sarang musuh. Yang menarik dari kisah ini adalah pembaca diajak merasakan menjadi seperti mata-mata andal layaknya di film dengan berbagai peralatan canggih, namun di akhir cerita kenapa Pinot keluar dari warnet?. Nah, lho!
Dari Kota Abu-Abu ada satu kutipan yang paling saya suka. Saat Temuji menjawab pertanyaan Remos tentang istrinya yang mengembara seorang diri tanpanya.
Dari kota perang penuh konflik, penulis membawa kisah Azmov dalam dies irae dies illa. Si kecil Azmov yang menghidupi ibu dan adiknya serta beberapa orang lain dengan mencuri dan menjarah barang dari puing-puing sisa perang. Perang yang berkecamuk akibat egoisme pemimpin dan pemberontak membawa sikasaan pada rakyat kecil. Cukup membuat si kecil Azmov sampai bertanya tentang Kuasa Tuhan.
Sampul SKTLA ini cukup unik dan aneh. Entah kenapa meski ada beberapa gambar dari sampul yang memang menjadi bagian dalam cerita, tetap saja saya merasa aneh. Ada roket yang seperti terdampar di planet. Planetnya punya hidung dan mata berbentuk aneh. Ada manusia-manusia bertopeng yang saya asumsikan itu adalah awak kapal. Ah, pokoknya aneh. Entah mungkin saya yang kurang mengerti seni? ^^ Baru menemukan buku dengan sampul yang aneh. Awalnya sempat mengira buku ini terbitan luar negeri karena kesan anehnya, tapi ternyata terbitan penerbit Indonesia. Mungkin kesan aneh ini juga yang menambah daya pikat buku ini.
Tema dalam buku ini umum tak umum, aneh ya bahasanya??. Jadi si penulis menceritakan berbagai tema beragam yang umum tentang kehidupan tapi melalui kisah yang tak biasa. Sebut saja kisah SKLTA sendiri, apa yang saya tangkap adalah keragaman sifat orang dalam menghadapi keputusasaan. Ada si kapten yang meski tahu sudah tersesat tetap saja meminta awaknya untuk terus maju, ada Yureko yang putus asa dan malah mengakhiri hidupnya. Begitulah, kisah umum tapi dikisahkan dengan tak biasa.
Apa yang paling saya sesali dari buku ini adalah ending setiap cerita yang tidak bisa ditebak dan menggantung. Benar-benar deh penulis ini, bikin saya greget. Penulis seolah memberi kesempatan pada pembaca untuk menentukan endingnya masing-masing. Bisa saja cerpen-cerpen buku ini berkesan setengah-setengah, tapi seperti kata penulis "Tugas saya bukan untuk menginspirasi, melainkan bertanya", buku ini sukses membuat saya bertanya pula. Bagaimana akhirnya kisah Bitya dan Leven? Apa yang dikatakan si wanita yang diwawancarai pada kristallnacht pada ayahnya? Apa yang terjadi dengan Vora?.
Bila mengacu pada definisi absurd, yaitu tidak masuk akal, bodoh, konyol, tidak layak, cerpen dalam buku ini tidak seperti itu. Secara keseluruhan justru cerpen-cerpen ini layak untuk dibaca dengan tema yang masuk akal, dan diramu dengan pintarnya oleh penulis. Apa yang absurd dalam setiap cerpen mungkin adalah penggunaan nama tokoh yang tak lazim, setting yang cukup membuat dahi berkerut, dan ending yang bikin pembaca bilang "hah, gitu doang? Masa sih, kok gitu? Gak masuk akal". Seabsurd apapun cerpen di buku ini, tetap saya suka dengan kisahnya. Menggugah dan penuh misteri ^^.
Well, Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa (SKTLA) adalah buku kumpulan cerita karya Maggie Tiojakin. Terdiri atas 14 cerita pendek (cerpen) dan 5 cerpen bonus berbahasa Inggris. SKTLA sendiri diambil dari salah satu judul cerpen yang ada di buku ini. Dari keseluruhan cerpen yang ada, yang berkesan dan bikin greget untuk saya adalah Fatima, Kota Abu-Abu, dies irae dies illa, dan Saksi Mata
Fatima mengisahkan aksi Pinot si prajurit andal dalam memasuki tempat musuh. Ditemani sekretaris eksekutif bernama Fatima dengan penuh percaya diri, Pinot menerjang sarang musuh. Yang menarik dari kisah ini adalah pembaca diajak merasakan menjadi seperti mata-mata andal layaknya di film dengan berbagai peralatan canggih, namun di akhir cerita kenapa Pinot keluar dari warnet?. Nah, lho!
Dari Kota Abu-Abu ada satu kutipan yang paling saya suka. Saat Temuji menjawab pertanyaan Remos tentang istrinya yang mengembara seorang diri tanpanya.
Perjalanan panjang seperti itu lebih baik dilakukan berdua; tapi kalau salah satu di antara kalian tak melihat poin dari perjalanan tersebut-- sebaiknya dilakukan sendiriKok saya malah menghubungkannya dengan putus dengan pacar, ya? hahaha.
Dari kota perang penuh konflik, penulis membawa kisah Azmov dalam dies irae dies illa. Si kecil Azmov yang menghidupi ibu dan adiknya serta beberapa orang lain dengan mencuri dan menjarah barang dari puing-puing sisa perang. Perang yang berkecamuk akibat egoisme pemimpin dan pemberontak membawa sikasaan pada rakyat kecil. Cukup membuat si kecil Azmov sampai bertanya tentang Kuasa Tuhan.
Ibu tidak mau kau mencuri lagi, Ba," katanya. "Kalau nanti kau tertangkap, Ibu harus mencarimu kemana?"Sikap sekelompok orang yang cuek terhadap kejadian yang menimpa orang lain dikisahkan dalam Saksi Mata. Dikisahkan ada seorang perempuan yang dibunuh di kawasan apartemen. Dan setiap orang sebenarnya mendengar teriakan wanita ini. Tapi, orang-orang menunjukkan respon yang berbeda pada kejadian ini.
"Aku tidak akan tertangkap." sahut Azmo. "Aku janji""Oh, Ba." Mizvin mengelus pipi putra sulungnya."Bu--""Tuhan ada dimana?"Mizvin berhenti mengipasi Zalem yang terlelap dalam posisi melintang di sampingnya. "Kenapa kau bertanya begitu?""Kenapa Tuhan tidak menghentikan perang?"
Source here edited by me
Sampul SKTLA ini cukup unik dan aneh. Entah kenapa meski ada beberapa gambar dari sampul yang memang menjadi bagian dalam cerita, tetap saja saya merasa aneh. Ada roket yang seperti terdampar di planet. Planetnya punya hidung dan mata berbentuk aneh. Ada manusia-manusia bertopeng yang saya asumsikan itu adalah awak kapal. Ah, pokoknya aneh. Entah mungkin saya yang kurang mengerti seni? ^^ Baru menemukan buku dengan sampul yang aneh. Awalnya sempat mengira buku ini terbitan luar negeri karena kesan anehnya, tapi ternyata terbitan penerbit Indonesia. Mungkin kesan aneh ini juga yang menambah daya pikat buku ini.
Tema dalam buku ini umum tak umum, aneh ya bahasanya??. Jadi si penulis menceritakan berbagai tema beragam yang umum tentang kehidupan tapi melalui kisah yang tak biasa. Sebut saja kisah SKLTA sendiri, apa yang saya tangkap adalah keragaman sifat orang dalam menghadapi keputusasaan. Ada si kapten yang meski tahu sudah tersesat tetap saja meminta awaknya untuk terus maju, ada Yureko yang putus asa dan malah mengakhiri hidupnya. Begitulah, kisah umum tapi dikisahkan dengan tak biasa.
Apa yang paling saya sesali dari buku ini adalah ending setiap cerita yang tidak bisa ditebak dan menggantung. Benar-benar deh penulis ini, bikin saya greget. Penulis seolah memberi kesempatan pada pembaca untuk menentukan endingnya masing-masing. Bisa saja cerpen-cerpen buku ini berkesan setengah-setengah, tapi seperti kata penulis "Tugas saya bukan untuk menginspirasi, melainkan bertanya", buku ini sukses membuat saya bertanya pula. Bagaimana akhirnya kisah Bitya dan Leven? Apa yang dikatakan si wanita yang diwawancarai pada kristallnacht pada ayahnya? Apa yang terjadi dengan Vora?.
Bila mengacu pada definisi absurd, yaitu tidak masuk akal, bodoh, konyol, tidak layak, cerpen dalam buku ini tidak seperti itu. Secara keseluruhan justru cerpen-cerpen ini layak untuk dibaca dengan tema yang masuk akal, dan diramu dengan pintarnya oleh penulis. Apa yang absurd dalam setiap cerpen mungkin adalah penggunaan nama tokoh yang tak lazim, setting yang cukup membuat dahi berkerut, dan ending yang bikin pembaca bilang "hah, gitu doang? Masa sih, kok gitu? Gak masuk akal". Seabsurd apapun cerpen di buku ini, tetap saya suka dengan kisahnya. Menggugah dan penuh misteri ^^.
Keep reading for rest of your life :)
Rating: 4/5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar