Kamis, 15 Juli 2021

Demian

 

Judul: Demian
Penulis: Hermann Hesse
Penerbit: Semicolon
Jumlah Halaman: 224 halaman
Tahun Terbit: 2019
ISBN: 9786026682475
Genre: Fiksi, Klasik
Format: Paperback

Blurb:

Emil Sinclair dibesarkan di keluarga kaya. Dia sejak kecil tahu bahwa dia diharuskan seperti ayah dan ibunya: berpendidikan, saleh, dan baik. Namun, peraturan itu membuatnya merasa terkungkung. Sampai dia bertemu Max Demian, teman yang membantunya mempertanyakan apa arti menjadi manusia. Buku ini merupakan pergolakan batin anak muda untuk memilih dunia terang dan dunia gelap, semua itu demi menemukan jati dirinya.


Review:



Akhir-akhir ini sampul buku menarik selalu menimbulkan keinginan membaca. Rasanya telah lama mati suri dalam dunia membaca, karena satu dan lain hal. Namun pandemi covid-19 tahun kedua, membuat kegiatan membaca menjadi sesuatu hal yang membuat pikiran untuk tetap waras dan berharap. Sampul Demian merepresentasikan sebagian kisah di dalamnya, tentang Kain dan Habel, juga Eve. Bukan, mereka bukan tokoh utama di novel ini. Tapi Emil kerap menyinggungnya. Emil Sinclair adalah seorang pemuda yang lahir dari keluarga taat beragama dan baik-baik. Namun pergolakan batin selalu memenuhi pikiran dan hatinya. Dia rasa ada dunia yang putih bersih sesuai koridor di dalam rumahnya, namun di sisi lain rumah itu juga memiliki sesuatu yang hitam dan kelam. Kedua hal yang berseberangan melekat pada kehidupan Emil. Sisi baik telah Emil rasakan dari semenjak lahir, tapi untuk sisi jahat ia belum pernah mencoba sama sekali. Kesempatan itu datang saat ia membual tentang pencurian apel di depan Franz Kromer yang berakhir pada perasaan bersalah dan pergolakan batin. 


Dosaku bukanlah karena tindakan ini atau itu. Dosaku adalah mengulurkan tangan kepada sang Iblis. Mengapa aku mengikutinya? Mengapa aku mematuhi Kromer, bahkan lebih patuh ketimbang kepada ayahku sendiri? Mengapa aku membual tentang pencurian itu?


Emil sepuluh tahun berada di titik seperti keruntuhan dunia saat hanya membual permasalahan pencurian ini. Hingga datang penyelamat Max Demian. Dia menjadi sosok penyelamat Emil hingga kehidupan dewasanya. Demian bukan sosok juru selamat biasa, tapi ia lebih dari itu. Obsesi, Cinta, Ketulusan, Rindu, Pembimbing, dan segala hal yang berhubungan dengan dirinya selalu terdapat Demian di dalamnya. 


Saat membaca bagian awal buku ini, sejujurnya aku merasa frustasi dengan sikap Emil yang terlalu melebih-lebihkan dalam hal merasa bersalah. Apa salahnya kamu membual sesekali dalam hidup? Namun, rasanya juga dapat dimaklumi bagi seseorang yang sekecil itu dan selalu diajari untuk memegang teguh kebenaran, mungkin berbohong adalah hal mendebarkan untuk dilakukan. Membaca Demian seolah membaca buku harian seseorang secara pesonal lebih dalam. Pergolakan pencarian jati diri dan sesuatu yang dipercayai, menimbulkan bentrokan tersendiri dengan apa yang dipegang selama ini. Penulis mengaduk-aduk pemikiran dan perasaan pembaca dengan menceritakan kisah Emil yang mencari. Sosok Emil muda adalah pantulan pencarian diri bagi masa muda. Begitu dekat Emil dengan kehidupan nyata. Rasa frustasi, gelisah, kesal, marah, nafsu, cinta, dan rindu melebur satu. Gaya bahasa penulis yang menggunakan sudut pandang aku juga menyebabkan seolah pembaca sendiri yang merasakan menjadi Emil. Membaca buku ini menguras tenaga. Mungkin di awal akan banyak pergolakan yang mengarah pada pertanyaan mengenai agama, namun lambat laun semakin dalam cerita, ini bukan hanya perihal agama. Tapi lebih dalam tentang menjadi manusia utuh. Meskipun berjudul Demian, tapi buku ini tentang Emil yang terobsesi dengan Demian. Dan jujur saja aku juga pernasaran dengan sosok Demian. Pemikiran kritis milik Demian, apakah mungkin dimiliki anak umur sebelas-dua belas tahun? Demian kerap kali mempertanyakan hal-hal tabu, contohnya tentang bagaimana harusnya manusia memiliki sisi gelap dan terang meskipun ia adalah sosok suci. Sikap kritis ini yang membawa Emil mencari arti dirinya sepanjang buku. 

Herman Hesse konon menulis cerita Demian karena dipengaruhi oleh pemikiran dan analisa Carl Jung yang mendalami psikoanalisis. Demian bisa dikatakan semiotobiografi karena sedikit banyak menceritakan masalah Hermann Hesse di masa mudanya. Jika boleh berpendapat, rasanya Demian bisa dapat dibaca oleh siapapun yang masih mencari dan memahami dirinya tak dibatasi umur maupun agama. Mungkin lain kali aku akan melanjutkan ulasan ini, karena sungguh buku ini seru dengan masalahnya. Selamat membaca, Demian!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar