Judul: Last Forever
Penulis: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagas Media
Cetakan: Pertama
Jumlah Halaman: 378 halaman
Tahun Terbit: 2015
ISBN: 9797808432
Genre: Fiksi, Contemporary Romance
Format: Paperback
"Aku tidak merasa tidak lengkap. Oke, sesekali, aku bertemu lelaki. Tentu. Aku bukan perempuan yang mati rasa. Hanya saja ---Pernikahan bukan untukku"
-Lana Hart-
Tapi, Lana..., ketakutanku yang paling besar adalah... aku kehilangan dirimu pada saat aku punya kesempatan memilikimu."
-Samuel Hardi-
Bagi seorang Samuel Hardi, komitmen ada dalam urutan terakhir dalam hidupnya. Itu sebabnya dia enggan terikat dengan sebuah hubungan.
"Aku tiga puluh tiga tahun, sialan. Lagian, perempuan tidak untuk dimiliki. Hubungan yang ideal adalah hubungan yang tanpa ikatan. Dengan begitu, lelaki dan perempuan bisa bersama sekaligus tetap sendiri."
Samuel adalah sosok yang sempurna dan memikat. Oleh karenanya, ia dapat dengan mudah menggaet siapa pun wanita yang dia inginkan. Samuel juga terkenal di dunia film dokumenter. Studio Hardi miliknya sering menjadi partner National Geographic. Melalui kerja sama tersebut Samuel bertemu kedua kalinya dengan Lana Hart, perempuan cantik berjiwa petualang yang bekerja di dunia film dokumenter juga. Pertemuan mereka berlanjut hingga tujuh tahun lamanya.
Bagi Lana, ia adalah perempuan bebas yang senang mengunjungi berbagai tempat unik di dunia. Itu sebabnya ia sangat loyal dengan pekerjaanya di Nat Geo. Suatu kali ia terpikat dengan film karya Samuel yang bercerita mengenai penari tradisional. Pertemuan awal hanya awal untuk pertemuan kedua yang selanjutnya membawa mereka ke hubungan tanpa ikatan.
Keduanya menjalani apa yang Samuel sebut sebagai hubungan ideal. Selama ini mereka baik-baik saja. Tapi ada hal yang tiba-tiba menghadapkan mereka pada keputusan yang akan mengharuskan mereka mengubah pandangan hidup dan keyakinan masing-masing. Mereka akan berbenturan dengan nilai-nilai yang ada dalam lingkungan masyarakat. Di satu titik mereka juga dihadapi untuk menyerah pada impian masing-masing atau tetap mempertahankan impian mereka tapi kehilangan cinta yang tak mereka sadari.
"Untuk berada di sisimu, aku harus membuang semua itu, apa kau sadar?"
Aku memang nggak pernah bisa melewatkan karya Windry Ramadhina. Saat membaca karyanya selalu ada after taste yang manis. Oleh karena itu, aku nggak pernah menyesal untuk repot-repot ikut PO dan membaca buku tersebut. Seperti karya-karya sebelumnya, Last Forever juga meninggalkan kesan menyenangkan saat membacanya. Kisah ini bercerita tentang ketakutan dua orang yang saling mencintai terhadap sebuah komitmen. Permasalahan yang diangkat juga melibatkan tabrakan antara dua gaya hidup dan pemahaman, antara kehidupan modern dan kehidupan yang memegang teguh tradisi kepercayaan. Bagi aku sendiri memang dua hal ini yang seringkali berbenturan di kehidupan nyata. Tak heran saat membaca buku ini, aku berpikir kisah di Last Forever memang kisah nyata dan tokoh-tokohnya sendiri bisa siapa saja, nyata hidup di jaman yang saat ini dianggap bahwa tabrakan gaya hidup adalah hal yang lumrah terjadi.
Last Forever berkisah dari sisi Samuel dan Lana. Penulis menceritakan Samuel dan Lana sebagai tokoh-tokoh sudut pandang orang ketiga. Samuel adalah laki-laki yang mapan, menarik, sukses, dan sombong. Hal yang wajar mengingat di usia 19 tahun dia telah memenangkang penghargaan bergengsi untuk sutradara film dokumenter. Kesuksesan-kesuksesan selanjutnya mengantarkan Samuel pada karirnya saat ini sebagai sutradara film dokumenter yang memiliki studio sendiri bernama Hardi dan seringkali menjadi partner dari National Geographic. Satu hal yang dibenci oleh Samuel adalah keterikatan. Ia tidak menginginkan ikatan yang memaksanya harus bersama dengan satu orang wanita seumur hidupnya. Nyatanya Samuel ini memang seringkali berganti pasangan. Di antara keseringannya bergonta-ganti pasangan, ada satu wanita yang selalu menjadi "teman" Samuel, Lana Hart. Berkenalan dengan tokoh Lana mengingatkanku pada tipikal wanita modern masa kini. Seorang perempuan tangguh yang percaya diri, mengejar impiannya dengan keras, dan berjiwa bebas berkarya. Lana adalah seorang pegawai National Geographic yang seringkali pergi ke daerah-daerah eksotis dan menarik untuk meliput keunikan dan keindahannya. Lana sendiri menyukai berpergian. Dan tentu, Lana juga membenci komitmen. Itu sebabnya Lana dan Samuel adalah dua orang yang cocok satu sama lain. Aku menyukai tokoh Lana yang mandiri dan menyelami pikiran Lana, aku pun memaklumi ketakutan Lana terhadapan komitmen adalah ketakutan yang wajar yang masih ia simpan sebagai jejak dari masa lalu. Selain itu, aku juga menyukai tokoh Rayyi yang cukup banyak berseliweran di kisah Samuel & Lana. Rayyi adalah tokoh utama di Montase. Jika ingin mengetahui keseharian Rayyi setelah Montase, Last Forever bisa mengobati kerinduan tersebut. Tokoh lainnya yang menurutku menarik adalah Ruruh Rahayu. Ruruh adalah ibu Lana dan seorang penari tradisional. Tipikal ibu yang mengayomi dan memegang teguh budaya dan tradisi. Seringkali saat Ruruh menasehati Lana, aku terbawa emosi dan merasa seolah-olah aku pun ikut dikasih wejangan oleh bu Ruruh ini.
Aku tidak dibuat terkejut dengan penggambaran detail khas arsitektur Windry. Di buku-buku sebelumnya pun Windry selalu menggembarkan letak, lokasi, atau setting dengan lincah dan detail.
Dan ini kedua kalinya (kalau aku nggak salah hitung), Windry kembali memasukkan tokoh di novel sebelumnya ke dalam buku terbaru. Sebelumnya ada tokoh Ayu dari kisah London Angel yang muncul di Walking After You. Lalu di Last Forever ada Rayyi yang dulunya muncul di Montase. Secara tidak langsung menurutku keikutsertaan tokoh sebelumnya seolah ingin menuntaskan kisah-kisah terdahulu mereka yang belum atau sudah tuntas. Seperti Ayu yang kisahnya misterius di London, tapi di Walking After You sedikit demi sedikit terkuak. Atau kisah Rayyi yang tuntas di Montase tapi ingin diceritakan kisahnya setelah Montase. Seperti kataku sebelumnya, hal ini cukup mengobati kerinduan terhadap tokoh-tokoh karangan Windry. Kuharap penulis juga mau memasukkan kisahnya Ayu sendiri atau kisah Simon setelah Memori.
Di Last Forever penulis sedikit memasukkan hal yang oleh sebagian orang dianggap takhayul (aneh?). Siapa yang tak tahu bahwa terkadang pecahnya gelas atau kaca dan perasaan tak enak terkadang merupakan pertanda hal buruk akan terjadi? Ya, walaupun sampai sekarang misteri Ayu yang kemunculannya selalu diiringi hujan masih belum terkuak (masuk ke aneh nggak ya ini?).
Last Forever berkisah dari sisi Samuel dan Lana. Penulis menceritakan Samuel dan Lana sebagai tokoh-tokoh sudut pandang orang ketiga. Samuel adalah laki-laki yang mapan, menarik, sukses, dan sombong. Hal yang wajar mengingat di usia 19 tahun dia telah memenangkang penghargaan bergengsi untuk sutradara film dokumenter. Kesuksesan-kesuksesan selanjutnya mengantarkan Samuel pada karirnya saat ini sebagai sutradara film dokumenter yang memiliki studio sendiri bernama Hardi dan seringkali menjadi partner dari National Geographic. Satu hal yang dibenci oleh Samuel adalah keterikatan. Ia tidak menginginkan ikatan yang memaksanya harus bersama dengan satu orang wanita seumur hidupnya. Nyatanya Samuel ini memang seringkali berganti pasangan. Di antara keseringannya bergonta-ganti pasangan, ada satu wanita yang selalu menjadi "teman" Samuel, Lana Hart. Berkenalan dengan tokoh Lana mengingatkanku pada tipikal wanita modern masa kini. Seorang perempuan tangguh yang percaya diri, mengejar impiannya dengan keras, dan berjiwa bebas berkarya. Lana adalah seorang pegawai National Geographic yang seringkali pergi ke daerah-daerah eksotis dan menarik untuk meliput keunikan dan keindahannya. Lana sendiri menyukai berpergian. Dan tentu, Lana juga membenci komitmen. Itu sebabnya Lana dan Samuel adalah dua orang yang cocok satu sama lain. Aku menyukai tokoh Lana yang mandiri dan menyelami pikiran Lana, aku pun memaklumi ketakutan Lana terhadapan komitmen adalah ketakutan yang wajar yang masih ia simpan sebagai jejak dari masa lalu. Selain itu, aku juga menyukai tokoh Rayyi yang cukup banyak berseliweran di kisah Samuel & Lana. Rayyi adalah tokoh utama di Montase. Jika ingin mengetahui keseharian Rayyi setelah Montase, Last Forever bisa mengobati kerinduan tersebut. Tokoh lainnya yang menurutku menarik adalah Ruruh Rahayu. Ruruh adalah ibu Lana dan seorang penari tradisional. Tipikal ibu yang mengayomi dan memegang teguh budaya dan tradisi. Seringkali saat Ruruh menasehati Lana, aku terbawa emosi dan merasa seolah-olah aku pun ikut dikasih wejangan oleh bu Ruruh ini.
"Silakan sebut Mama kolot. Mama ini perempuan Jawa. Ada nilai-nilai yang masih Mama pegang teguh sampai sekarang. Ada yang patut dan tidak patut dilakukan."
Padahal, bagi Ruruh, perempuan dilahirkan untuk mengalah. Karena, perempuan lebih kuat, lebih sanggup menerima kenyataan.
"Kenapa harus dipermasalahkan siapa yang berkorban dan siapa yang tidak? Hubungan lebih penting dari itu, Lana"Tokoh lainnya ada Nora, sekretaris Samuel, yang lucu dan seringkali menyindir Samuel. Kerennya dia bisa tahan degan kelakuan sombong Samuel. Ada juga Patrick, asisten Lana, si Mata Kecil yang setia menemani Lana.
Aku tidak dibuat terkejut dengan penggambaran detail khas arsitektur Windry. Di buku-buku sebelumnya pun Windry selalu menggembarkan letak, lokasi, atau setting dengan lincah dan detail.
Saat ini, dia duduk di tepi tempat tidur, dalam kamarnya yang terang dan hangat, hanya mengenakan celana piama, sementara bagian tubuh bagian atasnya terekspos. Dia diam lama. Punggungnya melengkung ke depan. Kedua sikunya bertumpu di lutut. Satu tangannya menjulur lemas ke lantai, satu yang lain menggenggam secarik kertas kecil yang dia temukan pada kepala lampu bacanya beberapa menit yang lalu.Karena kedua tokoh erat kaitannya dengan film dokumenter, buku ini banyak bercerita mengenai tempat-tempat yang ikut andil dalam pekerjaan mereka. Ada Cannes sebagai tempat awal mula Samuel dan Lana bertemu, Washington--kantor Nat Geo tempat Lana bekerja, Bhangarh India--tempat yang dikunjungi Lana (konon katanya tempat ini terkenal oleh hantu-hantunya), Sungai Amazon--tempat Lana bertemu dengan Kepala Suku Indian Choctaw, Flores-tempat yang Lana jadikan sebagai project untuk direkam suasana perkampungan megalitikumnya, Kyoto, dan masih banyak lagi tempat-tempat yang konon katanya unik dan tempat tersebut merupakan tempat impian Lana.
Dan ini kedua kalinya (kalau aku nggak salah hitung), Windry kembali memasukkan tokoh di novel sebelumnya ke dalam buku terbaru. Sebelumnya ada tokoh Ayu dari kisah London Angel yang muncul di Walking After You. Lalu di Last Forever ada Rayyi yang dulunya muncul di Montase. Secara tidak langsung menurutku keikutsertaan tokoh sebelumnya seolah ingin menuntaskan kisah-kisah terdahulu mereka yang belum atau sudah tuntas. Seperti Ayu yang kisahnya misterius di London, tapi di Walking After You sedikit demi sedikit terkuak. Atau kisah Rayyi yang tuntas di Montase tapi ingin diceritakan kisahnya setelah Montase. Seperti kataku sebelumnya, hal ini cukup mengobati kerinduan terhadap tokoh-tokoh karangan Windry. Kuharap penulis juga mau memasukkan kisahnya Ayu sendiri atau kisah Simon setelah Memori.
Di Last Forever penulis sedikit memasukkan hal yang oleh sebagian orang dianggap takhayul (aneh?). Siapa yang tak tahu bahwa terkadang pecahnya gelas atau kaca dan perasaan tak enak terkadang merupakan pertanda hal buruk akan terjadi? Ya, walaupun sampai sekarang misteri Ayu yang kemunculannya selalu diiringi hujan masih belum terkuak (masuk ke aneh nggak ya ini?).
After all, Manis.
Keep reading for your rest of your life :)
Rating 5/5
Keep reading for your rest of your life :)
Rating 5/5
Wahhh jd tmbh gak sabar pengen bacaa :DD
BalasHapusSelamat membaca xD
HapusOmigot, kayaknya kamu penggemar berat karya Windry! Sebelumnya aku udah berniat beli, sih. Tapi dicancel gara-gara lebih tertarik sama London. Tapi kayaknya setelah baca ini, dipastikan aku bakal beli :D
BalasHapusAku suka karya Windry karena penjabarannya dan selalu berkesan manis di akhir. London juga manis, meski menurutku lebih banyak tanda tanyanya, soalnya terkait sosok Ayu yang misterius. Selamat membaca ya xD
Hapus