Sabtu, 12 Juni 2021

Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang

JudulKisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang
Penulis: Luis Sepúlveda
Penerjemah: Ronny Agustinus
Penerbit: Marjin Kiri
Jumlah Halaman: 90 halaman
Tahun Terbit: 2020
ISBN: 9786020788067
Genre: Fiksi, Children Book
Format: Paperback

Blurb: 
Saat sedang asyik berjemur di balkon rumahnya, seekor kucing bernama Zorbas mendapati seekor burung camar terjatuh kepayahan di dekatnya. Tumpahan minyak dari kapal tanker di laut telah melengketkan bulu-bulu burung camar betina yang hampir bertelur itu, membuatnya tak mungkin meneruskan terbangnya. Sebelum meninggal, ia meminta si kucing berjanji untuk merawat telurnya sampai menetas dan lantas mengajari anaknya terbang.
Sebagai kucing pelabuhan, Zorbas pantang melanggar janjinya. Namun mungkinkah ia dan kawan-kawannya sesama kucing pelabuhan benar-benar bisa menepati janji mengajari bayi camar itu terbang?
Sebuah cerita indah tentang persahabatan, kesetiaan untuk menepati janji, dan renungan tentang perbuatan manusia terhadap lingkungan.

Review:
"Bahwa hanya mereka yang berani terbang yang bisa terbang"
-Zorbas-

Menyenangkan rasanya kembali membaca buku anak-anak yang tentu saja ringan namun syarat kisah dan makna. Terakhir kali membaca kisah seperti Zorbas yang menyentuh adalah buku Little Prince. Membayangkan Zorbas yang bingung dititipi seorang piyik alias anak burung camar kecil dan harus mengajarinya terbang. Apa sudah kukatakan bahwa Zorbas adalah seekor kucing? Begitu aneh membayangkan kucing mengajari seekor burung untuk terbang. Namun, Zorbas kepalang berjanji ketika Kengah, si ibu piyik, mati karena kepayahan terkena ceceran minyak di laut dan tertinggal kawanannya.  Zorbas mulai meminta bantuan gengya, kucing pelabuhan. Ada Profesor yang sesuai namanya memiliki ketertarikan terhadap ensiklopedia dan selalu berkata "gawat-gawat!"
"Cerita yang gawat! Gawat! Coba, biarkan aku berpikir: burung camar...minyak...minyak..."
Kawan lain Zorbas, Secretario dan Kolonel, sepasang kucing yang tinggal di sebuah resto. Juga ada Banyubiru si petualang. Sekawanan kucing ini berusaha dengan sungguh-sungguh layaknya sebuah keluarga bagi Fortuna, piyik,  agar ia bisa terbang.

Kisah ditulis oleh Luis Sepúlveda, seorang penulis ternama dari Cile. Buku dapat dibaca sekali duduk karena hanya terdiri dari 94 halaman dan terima kasih pada penerjemah yang telah menerjemahkan dengan lugas. Seolah para binatang memiliki dialog seperti manusia, sebut saja umpatan Zorbas pada kawanan kucing lain yang sering mengusilinya,
"Aku bukan ibu-ibu, goblok," Zorbas mendesis, menjewer telinga mereka sampai kepala keduanya terngkat dan bisa melihatnya.
Saat mereka mengenalinya, dua berandalan itu merasa bulu kuduk mereka meremang.
"Anakmu tampan betul, kawan. Ia bakal jadi kucing yang hebat," kata yang satu.
"Dari jauh sudah kelihatan. Kucing yang tampan betul," satunya lagi ikut-ikutan.
"Ini bukan kucing. Ini burung camar, goblok," Zorbas membetulkan.
Meskipun cerita ini diterbitkan di bawah lini Pustaka Mekar milik Marjin Kiri yang mengkhusukan untuk pembaca muda, tapi sungguh kisahnya menggugah baik bagi dewasa maupun anak-anak. Ada kisah empati, tanggung jawab, setia kawan, dan porsi besar kisah tentang menjaga lingkungan. Bagaimana selama ini hewan yang terdampak akibat ulah manusia menggosipkan kelakuan manusisa. 

"Kadang aku berpikir apa manusia memang benar-benar gila, sebab merek seperti ingin mengibah lautan menjadi tempat pembuangan sampah raksasa."
Untuk kisah yang pendek, Zorbas mengajarkan pemikiran panjang bagaimana seharusnya manusia bersikap terhadap alam. Terima kasih Zorbas dan kawan-kawan untuk kisah yang manis! Terima kasih Luis Sepúlveda, karyamu abadi meski telah tiada. 

PS: Kavernya sungguh cantik!

1 komentar: